
ACTNews, BOJONEGORO – “Alhamdulillah, kalau rezeki
ada saja, mas,” ungkap Muhammad Alim (36) kepada Tim Global Wakaf-ACT ketika
ditanya bagaimana pendapatannya di lahan pertanian. Petani asal Desa
Tlogoagung, Kecamatan Kedungadem, Kabupaten Bojonegoro ini sudah sepuluh tahun bertani,
dan sampai sekarang masih akrab dengan sawah untuk menyambung hidup.
Ada empat
anggota keluarga yang ia biayai dari sawah seluas 2.500 meter persegi.
Tantangan Alim untuk menafkahi mereka kini adalah modal tanam yang sulit
didapatnya. Agar masa tanam tetap berjalan, Alim terpaksa berutang terlebih
dahulu.
“Untuk modal
yang terbatasi, saya akali dengan pinjam rentenir. Mudah-mudahan bisa segera
bebas dari jerat ribanya, mas. Ingin bisa bahagia tanpa riba walau, tidak
bergelimang harta,” Alim mengungkap harapannya pada bulan Februari silam.
Selepas masa
tanam, bukan berarti kendala usai. Alim harus menghadapi juga pasar yang
terkadang tidak berpihak kepadanya. “Harga jual gabah rendah mas, kalau lagi
panen raya. Mesti bisa-bisa bersyukur dengan hasil seadanya. Kadang
dicukup-cukupi sampai ke masa tanam, agar modal tidak terbatasi nantinya,” ujar
Alim.
Karenanya,
Global Wakaf-ACT berencana memberikan bantuan melalui program Wakaf Sawah
Produktif kepada Desa Tlogoagung. Bantuan modal ini diharapkan dapat
melancarkan usaha mereka di masa tanam, sehingga mereka tak lagi terjerat
pinjaman berbunga dari rentenir.
Program Wakaf
Sawah Produktif sendiri berada di bawah payung gerakan Aksi Angkat Petani
Indonesia yang diinisiasi oleh ACT. Gerakan ini bertujuan menguatkan kedaulatan
pangan dengan mendukung produksi dan kesejahteraan petani.[]