
ACTNews, BANYUMAS – Pandemi tiba
tanpa aba-aba. Yuli (36) yang sehari-hari berdagang jajanan kecil di sekolahan
dan bazar, terpaksa gulung tikar. Dari titik itu warga asal Kecamatan Karanglewas,
Kabupaten Banyumas ini, memutar otak dan mencari cara bagaimana harus menafkahi
istri dan kedua orang tuanya.
Impian lama Yuli
bangkit kembali, yakni ingin beternak ikan. Kondisi memaksa dia untuk memulai
usaha ini dari nol. Dengan bantuan modal dari bank dan sebuah kolam kecil di
depan rumah, ia memulau percobaan pertama membudidayakan ikan nila dan lele.
Walaupun begitu,
kolam yang dikembangkan Yuli di percobaan pertama terbilang belum layak. Sering bocor, dan tak sesuai
dengan standar budidaya ikan. Benih pun terbatas karena modal yang ia
gelontorkan belum cukup banyak.
Tetapi pada
bulan Oktober 2020 lalu, Yuli bertemu dengan Global Wakaf-ACT. Dari pertemuan
tersebut ia mendapatkan bantuan modal dari program Wakaf UMKM untuk memulai usaha
budidaya ikan, serta mendapatkan bantuan pendampingan. "Saya terbantu
sekali dengan Wakaf UMKM ini karena saya bisa terbebas dari riba dan
tekanan-tekanan yang biasanya saya rasakan ketika meminjam di bank" ujar
Yuli pada Sabtu (17/6/2021) lalu.
Kolam yang Terus Berkembang
Yuli kemudian
membeli benih sebanyak 300 ekor dan merenovasi kolam milik orang tuanya yang
tak terpakai. Dengan semangat yang tinggi juga ia bergabung dengan komunitas
pembudidaya ikan, dan mengembangkan ilmunya. Pendampingan dari Global Wakaf-ACT
juga selalu diikutinya dengan semangat.
Berbekal hal-hal
tersebut, usaha Yuli mulai menunjukkan perkembangan. Satu kolam milik Yuli,
kini berlipat menjadi tiga kolam. Ia juga menghemat pengeluaran dengan memproduksi
pakan ikan sendiri dari tanaman azolla dan ulat maggot. "Lumayan mengemat.
Karena dahulu sekali tebar pelet itu, bisa setengah sampai satu kilogram dan
harganya lumayan tinggi," kenang Yuli.
Selain membudidayakan ikan, Yuli juga memproduksi pakan ikan sendiri secara organik. (ACTNews)
Ikan yang dibesarkan
dengan cara organik ini pun, memiliki nilai jual lebih di pasar. Dari tiga
kolam, Yuli bisa meraup untung bersih sekitar Rp2 juta hingga Rp3 juta per dua
bulan. Pelanggannya kebanyakan adalah para pengepul dari restoran-restoran.
Yuli yang aktif
sebagai takmir masjid, juga memiliki cita-cita untuk membuka pasar ikan organik
dan memberikan lapak usaha bagi para pelakunya. Baginya saat menjalani usaha
harus memberikan kualitas yang terbaik bagi konsumen. Sementara dengan mengembangkan
pasar ikan organik, ia bisa menyatukan pelaku usaha budidaya ikan organik yang
memiliki tujuan serupa. Sekaligus ia ingin menunjukkan, bahwa seorang muslim
itu baik dan memberikan yang terbaik.
"Kan banyak
sekarang yang nyampurin pakan pelet
dengan kotoran manusia, kualitas ikannya pun nanti jelek dan enggak baik untuk
nutrisi orang yang makan. Jadi itu kenapa saya mulai organik, saya gak mau zalim
ke orang yang makan," tutur Yuli yang kini juga sedang merutinkan sedekah
ini. []