
ACTNews, MALUKU TENGAH – Pemulihan
pascabencana gempa di Maluku terus berlangsung. Untuk memenuhi kebutuhan air
bersih, Badan Pendapatan Dearah (BAPENDA)
Jawa Barat bersama Aksi Cepat Tanggap (ACT) Maluku berkolaborasi untuk mendistribusikan air bersih guna memenuhi
kebutuhan para penyitas gempa di Maluku Tengah.
Pendistribusian air dilakukan di beberapa desa
yang menjadi wilayah terdampak gempa cukup parah. Mereka antara lain Desa Waai dan Desa
Liang, yang keduanya berada di Kecamatan Salahutu, Kabupaten Maluku Tengah. Pendistribusian air yang dimulai sejak Rabu (13/11) lalu ini, ditargetkan akan
berlangsung selama satu bulan ke depan. Setiap harinya, sebanyak 10.000 liter
air diturunkan di berbagai titik pengungsian.
Memasuki tiga bulan pascagempa, para penyintas masih
berada di kamp pengungsian akibat rumahnya runtuh dan tidak dapat difungsikan
atau ditinggali sama sekali. Air bersih
menjadi kebutuhan yang sangat mendesak karena jumlah air bersih yang
minim.
“Jumlah pengungsi di sini cukup banyak, hingga 17.000 ribu jiwa yang tersebar di berbagai titik pengungsian. Tentu saja untuk memenuhi kebutuhan air bersih bagi orang sedemikian banyak akan sangat sulit. Apalagi kalau kondisinya dapat dikatakan darurat seperti saat sedang di pengungsian sekarang,” ungkap Kepala Cabang ACT Maluku Wahab Loilatu pada Sabtu (28/11) lalu.
Hadirnya bantuan air bersih di kamp-kamp
pengungsian disambut antusias oleh warga. Terlihat ember dan jerikan air
berjejeran menunggu untuk diisi. Roda
Opir, salah satu penyintas gempa dari Dusun Marbhan, mengapresiasi kepedulian
ACT bersama Bapenda Jawa Barat. Mereka selama ini memang mengharapkan air
bersih. Di samping itu juga, Roda mengungkapkan selain air, sebenarnya banyak yang
mereka butuhkan selama hidup di pengungsian.
“Selain air bersih, kami masih membutuhkan
bantuan berupa terpal dan bahan pangan untuk kebutuhan kami di kamp
pengungsian. Mau kembali ke rumah juga belum bisa karena masih menunggu
perintah dari Pemerintah Kota Ambon
untuk kembali ke rumah masing-masing sebab gempa susulan masih terjadi,”
kata Roda.
Letak pengungsian warga Kecamatan Salahutu
yang berada di perbukitan, membuat mereka sulit memenuhi kebutuhan harian. Air bersih salah satunya. Kebutuhan yang mesti terpenuhi setiap hari ini justru yang cukup
sulit mereka dapatkan di pengungsian.
Bahkan Lukman Solehuddin dari Tim
Disaster and Emergency Response (DERM) – Aksi Cepat Tanggap (ACT) pada Oktober
lalu menemukan, warga mesti mengantre untuk menampung dari bocoran pipa PDAM
yang melintang di sepanjang perbukitan karena tidak ditemukan sumber air di
perbukitan tersebut.
“Para penyintas kini memanfaatkan pipa air
PDAM yang bocor untuk memenuhi kebutuhan air bersih mereka. Mereka mengambilnya
menggunakan jeriken dan membawanya ke bukit-bukit tempat mereka mendirikan
tenda pengungsian,” kata Lukman pada Oktober lalu. []