ACTNews, GUNUNGKIDUL – Deretan jeriken menghiasi
tepian-tepian jalan di Dusun Ngricik, Desa Melikan, Kecamatan Rongkop,
Gunungkidul. Jeriken kosong itu sengaja diletakkan pemiliknya di tepian jalan
desa sebagai penanda kurangnnya air. Kemarau yang sedang berlangsung membuat
kebutuhan air sangat mendesak.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika
memperkirakan musim kemarau masih berlangsung hingga Oktober bahkan November
mendatang. Dampak kekeringan juga akan terus dirasakan masyarakat di berbagai
daerah, tak terkecuali Gunungkidul, DI Yogyakarta.
Di Dusun Ngricik, sudah tak ada lagi sumber air yang dapat diandalkan. Persediaan air tadah hujan mereka telah habis sejak berbulan-bulan lalu, warga tak memiliki sumur karena wilayahnya sebagian besar dipenuhi bebatuan karst. Sungai tak lagi mengalir. Sedangkan Telaga Benteng yang menjadi sumber air terakhir juga ikut mengering di bulan Agustus ini.
Isdianto, warga Dusun Ngricik, mengatakan sejak kekeringan melanda, warga mulai memanfaatkan air telaga untuk sehari-hari. Bahkan, hingga air telaga habis, warga coba menggali belik untuk menemukan sumber air di bawah telaga. “Pakai gayung dan saringan, warga memasukkan air sisa di telaga ke jeriken untuk dibawa ke rumahnya. Tapi sekarang telaga benar-benar sudah kering,” ungkapnya, Sabtu (24/8).
Saat ini, bantuan air menjadi tumpuan warga guna memenuhi kebutuhan air sehari-hari. Tandon-tandon milik warga tiap harinya menunggu untuk diisi oleh berbagai pihak. Tak setiap hari ada bantuan air datang, hal ini yang membuat antrean jeriken milik warga mengular hingga tepian jalan desa.
Distribusi air bersih
Sabtu (24/8) sore, warga Dusun Ngricik mendapatkan distribusi air bersih dari Aksi Cepat Tanggap (ACT). Sebanyak 4 ribu liter didistribusikan menggunakan Humanity Water Tank ACT. Sore hingga petang itu, air langsung diambil warga untuk dipindahkan ke penampungan yang ada di rumah mereka masing-masing.