
ACTNews, PURWOKERTO – Tim Aksi Cepat
Tanggap (ACT) bersama Masyarakat Relawan Indonesia (MRI) Purwokerto kembali
mengunjungi Pondok Pesantren Nurul Huda yang ada di Desa Langgongsari,
Kecamatan Cilongok, Kabupaten Banyumas. Para santri yang baru saja selesai
menunaikan salat asar berjamaah pada Kamis (9/1) itu, segera menyambut begitu armada ACT
terlihat di depan pondok pesantren.
ACT Purwokerto kembali menyalurkan bantuan Beras untuk Santri Indonesia (BERISI) sebanyak satu ton. Beras ini merupakan amanah dari para dermawan yang telah mempercayai ACT sebagai wadah kepedulian terhadap kehidupan para santri prasejahtera yang sedang mendalami pendidikan, baik agama maupun pengetahuan umum. Sebelumnya, program BERISI juga sempat menyapa mereka di akhir Oktober 2019 lalu. Begitu pula dengan bantuan air bersih, yang diberikan untuk para santri di pesantren tersebut pada November 2019.
Penerimaan BERISI
diwakili oleh pengurus Pondok Pesantren Nurul Huda, yakni Muhammad Imam atau yang lebih akrab dipanggil Gus Imam di Aula
Masjid bersama. Setelahnya, para santri dengan gembira dan semangat mengangkut
secara gotong royong kontong-kantong beras tersebut.
”Alhamdulillah, Pesantren Nurul Huda kembali mendapatkan bantuan beras melalui program BERISI yang sangat membantu para santri di sini, sehingga kebutuhan akan pangan para santri bisa tercukupi. Harapan kami dengan bantuan ini, para santri agar lebih meningkatkan semangat menimba ilmu dunia dan untuk akhirat, sehingga bisa berguna di masyarakat kelak,” ujar Gus Imam di hadapan para santri saat serah terima bantuan beras.
Tim ACT dan MRI sedang simbolisasi kepada perwakilan anak santri Nurul Huda. (ACTNews/Retno Hapsari)
Pondok Pesantren Nurul Huda Langgongsari berdiri
sejak dekade 1970-an dan sudah banyak mencetak para penghafal Alquran
yang berpendidikan sesuai kurikulum. Pada awalnya pondok pesantren ini hanya menggelar pengajian
rutin di tengah minimnya pengajaran Islam di
Cilongok. Berdasarkan data dari Forum Konsultasi
Publik tahun 2015 lalu, Cilongok merupakan kecamatan dengan angka warga prasejahtera tertinggi di Kabupaten Banyumas.
Pesantren Nurul Huda menggratiskan biaya
hidup santri, seperti biaya sekolah mulai dari jenjang SD-SMA, biaya pemondokan, dan makan. Dari 1.016
santri yang mendiami, 90% yang belajar di sana merupakan santri yatim dan
prasejahtera. Banyaknya jumlah kuota santri membuat kamar tidur tak tercukupi. Dengan
ukuran 4x4 meter persegi, setiap kamarnya
dihuni oleh 15-20 orang santri. Keadaan
demikian membuat sebagian harus memilih tidur di masjid dan aula.
Sujada Abdul Malik dari Tim Program ACT
Purwokerto menjelaskan bahwa Pesantren Nurul Huda dipilih sebagai penerima manfaat program BERISI karena melihat dari potensi-potensi yang
dijalankan pesantren dalam penerapan pendidikan.
“Saat ini, Pondok Pesantren Nurul Huda juga sedang dalam proses legalisasi produksi air minum, yang nantinya hasil dari penjualannya akan digunakan untuk membiayai operasional pesantren. Ini dapat menjadi suatu pemberdayaan yang bagus untuk para santri ke depannya agar mandiri. Oleh karenanya, kita kembali membantu Pesantren Nurul Huda dengan harapan para santri dapat lebih semangat lagi dalam proses pembelajaran mereka,” jelas Sujada. []