
ACTNews, TANGERANG –
Sebagai guru honorer di salah satu sekolah dasar di Tangerang, Dianie Ayu
Rofikoh mendapatkan gaji Rp200 ribu - Rp500 ribu per bulan. Uang tersebut didapat sesuai
dengan waktu yang ia gunakan untuk mendidik anak muridnya. Jika tidak, maka
tidak ada uang yang bakal ia terima per bulannya, buah dari pekerjaannya sebagai
guru.
Hal
ini lah yang kemudian dirasakan Dianie selama pandemi Covid-19 melanda. Jadwalnya
mengajar di sekolah berkurang karena sistem pembelajaran jarak jauh, sehingga
uang yang ia terima pun harus juga berkurang. Namun, pemenuhan kebutuhan
tanggungannya tidaklah berkurang. Perempuan yang masih tinggal bersama orang
tuanya di Batu Ceper itu pun harus memutar otak, mencari jalan alternatif agar pemasukan tetap ada. Ia lantas membuka les privat di rumah untuk anak-anak
di sekitar tempat tinggalnya. Harapannya, uang yang ia terima dari mengajar
tambahan ini bisa menunjang kebutuhan hidup selama pandemi yang masih
berlangsung ini.
Sama
halnya dengan Dianie, Endang, guru yang mengajar di salah satu yayasan
pendidikan di daerah Cadas, Tangerang selama pandemi ini juga membuka kelas
tambahan. Berbeda dengan Dianie yang membuka kelas privat untuk
anak-anak, Endang membuka kursus merias pengantin. Sebagai orang tua tunggal,
Endang harus menghidupi anaknya yang masih usia sekolah dengan gaji sebagai
guru. Dan, saat ini ia mengajar anak muridnya secara daring.
“Gaji
normal per bulannya sekitar 500 ribu (rupiah),” kata Endang.
Dianie
dan Endang merupakan sedikit guru yang di masa pandemi ini bertahan dengan
profesi sampingannya. Nafkah mereka sebagai guru honorer yang sebenarnya
memiliki tanggung jawab yang sama dengan guru yang telah menjadi pegawai, belum mampu mencukupi kebutuhan hidup. Kini, harapan besar mereka ialah pandemi segera
berakhir dan aktivitas pendidikan tatap muka di sekolah bisa segera digelar
kembali.
Global Zakat-ACT berikhtiar
mendukung perekonomian guru prasejahtera melalui program Sahabat Guru Indonesia. Dianie
dan Endang merupakan guru yang telah mendapatkan biaya hidup yang bersumber
dari dana zakat ini. “Ini merupakan ikhtiar kita bersama serta apresiasi atas
pengabdian guru yang memiliki peran besar dalam kehidupan setiap siswa,” jelas
Riski Andriani, Koordinator Program Sahabat Guru Indonesia, Senin (26/10).
Bantuan biaya hidup dari Sahabat Guru Indonesia merupakan kebaikan yang bersumber dari dana zakat yang dihimpun Global Zakat. Sasaran penerima bantuan ini ialah guru honorer prasejahtera dan mereka yang memiliki dedikasi atas pendidikan yang tinggi. Harapannya, dengan adanya bantuan biaya hidup, dapat memberikan semangat tersendiri bagi guru dan teru meluaskan kebaikan selanjutnya. “Cykup banyak guru penerima manfaat ini yang kemudian membentuk forum dan mereka mengadakan bakti sosial,” tutur Riski.[]