
ACTNews, KABUPATEN BEKASI – Desa
Sukatenang, Kecamatan Sukawangi, Kabupaten Bekasi selalu menjadi langganan
kekeringan saat memasuki pertengahan tahun, khususnya saat memasuki musim
kemarau. Akibatnya, warga pun kesulitan mendapat air bersih untuk memenuhi
kebutuhan sehari-hari.
Kondisi ini diakui
oleh salah satu warga di Kampung Babakan, Desa Sukatenang, Yuni (33). Ibu rumah
tangga ini mengeluhkan sulitnya air bersih akibat kekeringan yang melanda mulai
dari pertengahan tahun 2019 lalu hingga tujuh bulan ke depannya.
Ia pun harus
mengambil air dari masjid dan sumber air yang ada seperti tetangganya apabila
masalah tersebut mulai muncul. “Sering banget, bukan langganan lagi kekeringan
tapi setiap tahun. Biasanya saya minta di samping musola buat nyuci baju, nyuci piring, sama buat mandi. Sehari ada 8 sampai 10 jeriken saya
gotong,” ungkap Yuni kepada ACTNews,
Jumat (14/8).
Sudah hampir
lima tahun Yuni tinggal di sebuah kontrakan petak dua bersama satu anak dan
suaminya yang berprofesi sebagai buruh harian lepas. Kondisi ekonomi yang hanya
cukup untuk kebutuhan sehari-hari dan biaya kontrakan, membuat Yuni harus
menahan pengeluarannya untuk membuat sumur menggunakan mesin pompa.
Hal serupa juga dirasakan oleh tetangganya, Nani (60). Ia mengaku seringkali kesulitan bukan main ketika musim kemarau tiba. Sebab, daerahnya tidak pernah absen dilanda kekeringan. “Repot banget nenteng-nenteng, namanya sudah tua, sesanggupnya saja. Paling sekitar lima timba ambil air di musala,” kata Nani.
Berkah hadirnya Sumur Wakaf
Merespons krisis
air bersih di wilayah Kabupaten Bekasi, tepatnya di Kecamatan Sukawangi, Global
Wakaf – ACT membangun Sumur Wakaf Keluarga. Saat ini sudah ada
34 sumur di dua kampung di Desa Sukatenang.
Nenek Nani dan
Ibu Yuni jadi dua di antara penerima manfaat dari Sumur Wakaf tersebut. Mereka
pun mengaku bahagia dan bersyukur dengan kehadiran Sumur Wakaf. Sebab, mereka
tidak perlu lagi repot mengambil air.
“Rasanya alhamdulillah seneng banget kayak ketiban ‘duren jatuh’. Biasanya
minta air mulu atau pakai sumur darurat dari kali sekarang sudah enak ada (sumur) sendiri. Kalau malam enggak iseng
minta-minta air ke tetangga atau mengambil dari musala,” ungkap Yuni.
Ibu
Yuni (33) penerima manfaat Sumur Wakaf Keluarga dari Global Wakaf - ACT.
Sebelum adanya sumur wakaf, Bu Yuni setiap tahun mengalami krisis air bersih
selama tujuh bulan. (ACTNews/Fhirlian Rizqi)
Senada dengan Yuni, Nenek Nani pun mengaku senang atas adanya Sumur Wakaf di rumahnya. Meskipun bersifat Sumur Wakaf Keluarga, sumur itu tidak hanya dimanfaatkan oleh keluarga Nani sendiri, namun juga dapat digunakan oleh tetangganya yang lain.
“Tetangga biasanya
pada ke sini minta air. Alhamdulillah jadi sekitar rumah bisa merasakan
manfaatnya juga. Alhamdulillah setelah dapat sumur dari Global Wakaf girang banget enggak usah repot-repot lagi nimba dan angkat pakai ember,” ujarnya.
Kepala Cabang Global Wakaf - ACT Bekasi Ishaq Maulana mengatakan, maslahat wakaf akan terus diperluas di wilayah Bekasi, seperti melalui program Sumur Wakaf. Untuk itu Ishaq juga
mengajak para dermawan untuk terlibat dengan aksi-aksi yang dilakukan Global Wakaf
– ACT.
“Mudah-mudahan ikhtiar kami ini membawa kebermanfaatan bagi masyarakat yang membutuhkan. Oleh karenanya kami juga mengajak para dermawan untuk berpartisipasi dalam aksi-aksi kami melalui laman Indonesia Dermawan atau dapat melalui transfer di BNI Syariah 8660291020020124 atas nama Aksi Cepat Tanggap,” ungkap Ishaq. []