ACTNews, KABUPATEN BOGOR – Puluhan motor terparkir di ujung jembatan yang
menghubungkan antara Kampung Cigowok 1 dan Cigowok 2 yang ada di Desa Sukamaju,
Kecamatan Cigudeg, Kabupaten Bogor. Sang pemilik kendaraan melanjutkan perjalanan dengan
berjalan kaki, menempuh medan berupa jembatan darurat yang terbuat dari susunan
bambu. Arus sungai terdengar deras, warna ainya
kecokelatan.
Jembatan bambu itu
kini menjadi satu-satunya jalan penghubung antara dua kampung. Bencana banjir
bandang yang menerjang Desa Sukamaju membuat jembatan utama terputus, bahkan
badan jembatan kini tak lagi terlihat karena terbawa arus yang deras dengan
volume air yang tinggi.
Eman, warga Kampung Cigowok 2 pada Rabu (15/1) terlihat menyeberang jembatan darurat hasil swadaya masyarakat. Sambil mengenakan helm, ia menyeberang dengan hati-hati, apalagi Eman sambil membawa anaknya. Seutas tambang yang menjadi pegangan digenggamnya agar tak jatuh ke arus sungai yang cukup deras.
Jembatan utama di Kampung Cigowok yang telah terputus karena banjir bandang awal Januari 2020. Satu-satunya akses keluar-masuk kampung ini dibangun sekitar tahun 1980an. (ACTNews/Eko Ramdani)
Pengguna jembatan
darurat ini memang bukan hanya Eman. Sejak jembatan utama hancur terhantam
banjir bandang, ratusan orang melintas jembatan yang terdiri atas empat batang
bambu yang tersusun serta sebatang kayu kelapa utuh. Barang bantuan serta pangan
untuk kebutuhan korban terdampak banjir pun diakses melalui jembatan ini.
“Kendaraan yang
saat jembatan terputus posisinya di Kampung Cigowok 2 sampai sekarang masih
tertahan di sana. Ada belasan mobil dan puluhan motor yang enggak bisa keluar
kampung,” kata Eman kepada ACTNews.
Saat ini, secara
swadaya masyarakat sedang membangun jembatan lain yang dapat dilintasi
kendaraan bermotor hingga kendaraan roda empat. Arus yang deras dan masih
tingginya intensitas hujan membuat pekerjaan menjadi agak berat.
Jembatan baru kini yang
menjadi idaman warga. Supriadi, warga Desa Sukamaju, mengungkapkan, jembatan
menjadi kebutuhan paling medesak saat ini. Jembatan yang telah hancur itu pun
merupakan jembatan lama yang telah dibangun sejak 1980an, dan memang
membutuhkan pembaruan. “Jembatan bambu begini bahaya, apalagi untuk anak-anak,”
ungkapnya.
Desa Sukamaju sendiri pada 1 Januari 2020 lalu diterjang banjir bandang. Air Sungai Cidurian yang melintasi desa ini meluap. Permukiman yang berjarak 100 meter dari bibir sungai terdampak banjir dengan ketinggian lebih kurang 1 meter. Akibat banjir bandang itu, selain merendam permukiman warga, juga memutus satu-satunya jembatan penghubung antar kampung. Sejak saat itu, Kampung Cigowok 2 terisolir.[]