
ACTNews, GAZA –
Kebutuhan akan alat transportasi di Gaza, khususnya untuk anak-anak ke sekolah
sangat tinggi. Mayoritas keluarga Gaza yang merupakan masyarakat miskin,
membuat mereka tidak memiliki kendaraan pribadi untuk mengantar anak-anaknya ke
sekolah. Padahal, banyak siswa yang jarak sekolahnya cukup jauh dari rumah.
"Hal ini amat disayangkan mengingat warga Palestina
sangat menjunjung tinggi pendidikan, yang mana tingkat literasi mereka
yang sangat tinggi, yakni 97 persen. Pendidikan adalah prioritas utama bagi
setiap keluarga di Gaza untuk mempersiapkan generasi yang terdidik dan
terpelajar," kata Said Mukaffiy dari tim Global Humanity Network - Aksi Cepat Tanggap (ACT), Rabu
(18/5/2022).
Oleh karenanya, ACT menginisiasi pengadaan bus sekolah di Gaza. Pada April hingga pertengahan Mei 2022 ini, bus sekolah pemberian Sahabat Dermawan tersebut terus beroperasi. Bus yang didominasi warna orangnye dengan stiker-stiker logo ACT ini diperuntukkan untuk melakukan antar jemput para siswa Gaza dari rumah ke sekolahnya dengan aman.
Dalam sekali jalan, bus ini mampu mengangkut sedikitnya 50
siswa. Mayoritas adalah anak-anak di Gaza yang masih duduk di bangku sekolah
dasar. Selain itu, bus ini juga diproyeksikan akan menjadi transportasi antar
jemput untuk siswa difabel penyandang tuli di Gaza.
Said menjelaskan, bus ini memiliki dua rute jalan ketika
melakukan antar jemput siswa. Rute pertama dimulai dari wilayah Al-Shaikh
Redwan, Kota Gaza yang meliputi Jalan Al-Awal, Jalan Al-Thani, dan Jalan
Al-Thaleth, lalu mengarah ke wilayah Al-Toffah dan berakhir di wilayah
Alshujaiah. Sementara rute yang kedua, akan bus ini akan berfokus ke wilayah
Gaza Utara.
Armada yang dibeli dari patungan masyarakat Indonesia ini,
disebut Said, bertujuan untuk mendukung kemajuan sektor pendidikan Palestina.
Namun, Said menyebut, satu bus ini masih sangat kurang dibanding jumlah siswa
di Gaza yang butuh bantuan transportasi.
"Sebelumnya, selain berjalan ke sekolahnya yang jauh,
banyak keluarga akhirnya patungan untuk menyewa gerobak motor atau tuktuk.
Mereka menggabungkan cukup banyak anak-anak sekolah dasar kedalam satu bak motor sebagai alat transportasi," jelas Said. []