
ACTNews, MANGGARAI TIMUR – Sukacita kurban
sampai di Kabupaten Manggarai Utara, Nusa Tenggara Timur, pada tahun 2019 lalu.
Selesai salat Iduladha pada Ahad (11/8/2019) itu, warga saling membantu
penyembelihan dan mencacah daging bersama-sama. Semarak kurban ini terlihat di
Desa Sita, Kecamatan Rana Mese dan Kelurahan Kota Ndora, Kecamatan Borong.
Daging kurban
tidak hanya dibagikan kepada warga muslim, tetapi juga dinikmati umat beragama
lain. Tokoh masyarakat setempat, Jemain Umar, mengatakan bahwa sejak beberapa
tahun lalu, Global Qurban - ACT telah melaksanakan
penyembelihan hewan kurban di empat kecamatan Manggarai Timur, di mana mayoritas penduduknya adalah nonmuslim.
“Di Manggarai
Timur, Global Qurban - ACT menyembelih hewan kurban di Kecamatan Borong, Rana
Mese, Elar, dan Sambi Rampas yang mayoritas penduduknya beragama Katolik. Di
sini, semua warga dilayani. Kami selalu membawa pesan perdamaian dan toleransi
umat beragama,” jelas Jemain.
Keguyuban
masyarakat Manggarai Timur, terutama di momen Iduladha, diakui Derniana Anguk
(38). Warga Kelurahan Kota Ndora itu pun bersyukur dapat menikmati daging sapi
bersama umat muslim di lingkungannya. “Kami semua warga Kota Ndora sangat
berterima kasih. Bersatu kami di sini. Kalau kami misalnya ada kerja duka, kami
kompak, juga pernikahan, termasuk Iduladha ini,” katanya.
Seorang anak yang mengikuti salat Iduladha di Manggarai Timur. (ACTNews/Gina Mardani)
Di Kelurahan
Kota Ndura pula, daging kurban menyapa warga pesisir yang bermata pencaharian
sebagai buruh nelayan. Budi Abdul Syukur (33), salah satu buruh nelayan,
mensyukuri daging kurban yang ia dapatkan. Menurutnya, sebagai buruh nelayan,
ia dan keluarga sangat jarang menikmati daging sapi. “Biasanya hanya (menikmati daging kurban) saat
hajatan. Sedangkan untuk membeli daging jarang sekali karena uangnya lebih baik
digunakan untuk kebutuhan yang lain,” ungkap Budi kala itu.
Pada hari penyembelihan pertama, bertepatan dengan Hari Raya Iduladha 1430 Hijriah, sekitar 500 KK mendapatkan daging kurban. Menurut Danu Putra Anugrah dari Tim Global Qurban - ACT, kebahagiaan kurban menjadi tujuan dari Iduladha bagi masyarakat di Manggarai Timur.
“Di Desa Sita, Kecamatan Rana Mese salah
satunya. Di sana ada 101 kepala keluarga, dan tidak hanya muslim ya tentunya.
Tema kita adalah kebahagiaan kurban, jadi semua warga dapat daging kurban,”
kata Danu.
Kala itu Global Qurban - ACT menyembelih hingga 50 ekor sapi di Manggarai Timur. “Alhamdulillah kurban di Manggarai Timur tahun ini (2019) lebih banyak dibandingkan tahun lalu (2018),” imbuh Danu.
Semangat persaudaraan itu menutup Hari Tasyrik
Penyembelihan 20
ekor sapi pada hari itu ditutup dengan makan bersama. Masyarakat turut mengundang
camat, ustaz, pastor, dan pegawai puskesmas pada Rabu (14/8/2019) itu,
bertepatan dengan berakhirnya Hari Tasyrik. Warga larut dalam silaturahmi,
sekaligus memaknai Iduladha dengan segenap syukur. Sebab menurut Mustaram
selaku Kepala Desa Biting, warga di kecamatan Elar sangat jarang mengonsumsi
daging.
“Masyarakat
merasakan daging kurban ini tahun 2015 ketika masuk program ACT (di Kecamatan
Elar),” aku Mustaram. Hingga empat tahun berlanjut, warga Desa Biting dan
sejumlah desa di Kecamatan Elar masih bisa menikmati daging kurban. “Kami terus
menjaga komunikasi dengan ACT,” imbuhnya.
Makan bersama warga di Desa Biting, Kecamatan Elar. (ACTNews/Gina Mardani)
Menurut Arif
Ibrahim, relawan Global Qurban untuk Kecamatan Elar, kurban tahun 2019 lalu lebih
banyak dibandingkan tahun sebelumnya. Bantuan
ini sangat berharga untuk warga setempat.
“Bagi kami, konsumsi daging sapi atau kambing sangat sulit sekali. Karena jika kami ingin mengonsumsi daging sapi, kami harus ke Ruteng dengan jarak yang sangat jauh dan harga daging yang sangat mahal,” ungkap Arif.
Nilai-nilai
gotong-royong juga terus dijunjung masyarakat Elar tanpa memandang agama.
Pastor Laurensius Kuil Svd, dalam Syukuran Qurban di hari Tasyrik itu
mengatakan, kehidupan sosial warga di Kecamatan Elar tetap selaras walau
berbeda keyakinan.
“Iman itu
hubungan pribadi dengan Tuhan, sedangkan kehidupan sosial tidak bisa
membeda-bedakan orang,” kata imam umat Katolik di Kecamatan Elar itu. Ia pun
mencontohkan, saat pembangunan pembangkit listrik tenaga air, masyarakat desa
bergotong-royong tanpa memandang agama demi kemajuan bersama.
Dalam perayaan Iduladha ini, ia mengaku baru pertama kali mendapat undangan berkumpul dan merayakan bersama. Menurutnya, ibadah kurban juga dijelaskan dalam perjanjian lama. “Itulah saya pahami pandangan umat muslim tentang ibadah kurban ini,” pungkasnya. []