
ACTNews, BANYUASIN – Komariah (29), seorang guru yang telah
mengabdikan dirinya selama sembilan tahun di Sekolah Dasar Muhammadiyah 4 kelas jauh, tepatnya di Desa
Saluran, Talang Kelapa, Kabupaten Banyuasin. SD Muhammadiyah 4 kelas jauh merupakan
satu-satunya sekolah yang ada di desa ini dengan jumlah murid sebanyak 25 orang. Sekolah ini terdiri atas enam tingkat dan mereka
belajar di satu unit bangunan kelas. Kondisi bangunannya pun terlihat tak layak guna. Atap bangunan terbuat dari seng, sementara dindingnya hanya diplester semen ala kadarnya.
Ahad (1/2), Aksi Cepat Tanggap (ACT) berkesempatan bertemu dengan Komariah.
Ia menuturkan hanya digaji Rp500 ribu per bulan. Walau dengan bergaji kecil,
Komariah tak pernah mengeluh, ia tetap bersyukur atas rezeki yang diterimanya. “Yang
penting anak-anak di kampung saya bisa bersekolah dengan baik,” ungkapnya.
Selain bergaji kecil, Komariah pun perlu perjuangan lebih selama menjadi pendidik. Pasalnya, di kampung tempatnya mengajar belum teraliri listrik. Ketika malam hari, lampu dari genset atau sekadar lentera menjadi sumber cahaya. Di tengah keterbatasan ini, satu-satunya harapan Komariah hanyalah pendidikan di kampungnya segera maju.
SD Muhammadiyah 4 kelas jauh Desa Saluran, Kecamatan Talang Kelapa, Banyuasin. (ACTNews)
Komariah merupakan satu dari ratusan ribu guru honorer di Indonesia dengan gaji rendah. Keadaan ekonomi mereka pun masih di tahap prasejahtera. Akan tetapi, semangatnya begitu besar guna memajukan pendidikan di pelosok negeri.
Pertemuan Global Zakat-ACT dengan Komariah dalam rangka memberikan beaguru, yang merupakan implementasi program Sahabat Guru Indonesia Program yang
diluncurkan bertepatan dengan Hari Guru pada 25 November lalu ini
Direktur Program ACT Wahyu Novyan mengatakan, penerima manfaat program tersebut antara lain guru dengan kriteria berpendapatan rendah. “Program ini merupakan apresiasi terbaik dari ACT untuk guru-guru berdedikasi namun prasejahtera di Indonesia,” jelasnya. []