
ACTNews, JAKARTA – Marinah sudah
berkeliling menjajakan minuman selama dua belas tahun belakangan. Di kala
kondisi normal, Marinah biasa berjualan keliling hingga berkilometer jauhnya. Tapi
tanpa sedikit pun merasa perih dan letih, ia terus mendorong gerobaknya.
Tetapi karena adanya
pembatasan aktivitas, kini ia memarkir gerobaknya di sebuah emperan jalan TB
Simatupang, Jakarta Selatan. Dengan target pelanggan yang tak cukup luas,
ditambah dengan sepinya kondisi di masa Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan
Masyarakat (PPKM) Darurat, Marinah mengakui kalau penghasilannya menurun.
“Dahulu itu, maksimal
mendapatkan Rp140 ribu pas kondisi normal. Tapi sekarang ini, buat dapat Rp50 ribu
saja sulit,” ungkap Marinah ditemui Tim Global Wakaf-ACT pada Selasa (6/7/2021)
kemarin. Bahkan beberapa jualan yang tak tahan lama, sempat terpaksa ia buang
sebab tak terjual.
Padahal usaha
yang dilakoninya saat ini dapat terbilang cukup berkembang. Ia memulai
jualannya dengan modal Rp200 ribu belasan tahun lalu. “Itu pun pinjaman dari saudara
saya,” tambah Marinah.
Tetapi usaha itu
yang kini menafkahi keluarganya. Sang suami telah lama sakit dan tak sanggup
bekerja lagi. Sementara ia juga masih punya lima orang anak, yang mana satu di
antaranya merupakan disabilitas.
Otomatis
penghasilan hanya ia alokasikan untuk kebutuhan utama, yakni keluarga. Padahal
ia ingin mereparasi gerobak tuanya, dan berharap bisa kembali berkeliling
setelah pandemi mereda nanti.
Global Wakaf-ACT
membantu keinginan Marinah melalui program Wakaf Usaha Produktif. Lewat program
ini, Global Wakaf-ACT memberikan satu unit Gerobak Wakaf untuk Marinah supaya
ia bisa memaksimalkan kembali penjualannya. []