
ACTNews, MAMUJU –
Sepekan pascagempa, warga di Mamuju dan Majene yang masih mengalami ketakutan
dan tempat tinggalnya rusak masih bertahan di tenda pengungsian. Mereka tinggal
dalam keadaan serba terbatas, mulai dari kondisi tenda, kebersihan, air, hingga
sarana lainnya. Kondisi ini yang kemudian mampu berpengaruh besar pada
kesehatan penyintas. Terlebih saat ini juga bertepatan dengan Covid-19 yang
sedang mewabah di Indonesia, termasuk area bencana.
Sebagai salah satu lembaga kemanusiaan yang ikut dalam penanganan bencana
di Sulawesi Barat, Aksi Cepat Tanggap (ACT) telah mengirimkan tim Humanity
Medical Services untuk memberikan pelayanan kesehatan terbaik bagi penyintas.
Didukung dokter, perawat, peracik obat serta ambulans pre-hospital, tim HMS
telah berkeliling ke titik-titik pengungsian untuk memantau kondisi kesehatan
warga terdampak gempa.
Koordinator Humanity Medical Services Dokter Muhammad Riedha Bambang mengatakan, pelayanan medis yang diberikan utamanya menyasar para penyintas yang masih bertahan di pengungsian dan mengalami luka akibat gempa. Hal tersebut mengingat kondisi pengungsian yang kurang layak hingga sepekan pascagempa, masih kurangnya kualitas kebersihan di sekitar tenda hingga asupan pangan yang terbatas bagi para pengungsi.
“Di beberapa titik pengungsian yang memiliki posko kesehatan mandiri,
mereka masih kekurangan obat-obatan. Untuk itu, kami mendatangi selain untuk
memberikan dukungan pemeriksaan medis, juga menyuplai obat,” ungkap Riedha
ketika ditemui saat memberikan pelayanan kesehatan di pengungsian Dusun
Sendana, Desa Botteng Utara, Kecamatan Simboro, Mamuju, Ahad (24/1/2021).
Selain mendatangi titik yang menampung cukup banyak pengungsi, tim Humanity Medical Services juga
melakukan kunjungan ke rumah pengungsi yang tak bisa hadir ke lokasi pelayanan
kesehatan. Aksi ini bakal dilakukan setiap hari untuk mendukung proses
pemulihan pascabencana di Sulawesi Barat.
“Selain pelayanan kesehatan yang lengkap dengan dokter dan perawat, Humanity Medical Services juga memberikan pendampingan psikososial, khususnya ke anak-anak agar rasa
takut dan kesedihan segera hilang,” tambah Riedha.[]