
ACTNews, KAB. BEKASI – Fenomena hari tanpa hujan (HTH) di Kabupaten Bekasi sejak beberapa bulan terakhir kini mulai berdampak pada
sulitnya air bersih. Warga terpaksa mengandalkan air sungai sebagai sumber air.
Hal ini dapat dilihat di Kampung Bakansirna, Desa
Ridomanah, Kecamatan Cibarusah, Kabupaten Bekasi. Ratusan jiwa yang tinggal di
sana harus mengambil air dari Sungai Cihoe dan Cipamingkis untuk keperluan
sehari-hari.
Untuk itu, pada Kamis (18/7), Global Zakat-ACT mengirimkan 10 ribu liter air bersih ke Kampung Bakansirna. Sebanyak 160 jiwa menerima air bersih ini. Muhammad Fadly dari tim Global Zakat-ACT mengatakan, air terdistribusi dalam waktu dua setengah jam.
“Kami mengirimkan 10 ribu liter air menggunakan Humanity Water Tank. Dalam waktu singkat air bersih dipindahkan ke rumah-rumah warga yang telah mengantre dengan jeriken mereka masing-masing,” jelas Fadly.
Di Cibarusah, tiga desa mulai mengalami kekeringan di kemarau tahun ini. Mereka di antaranya Desa Ridomanah, Desa Ridogalih, dan Desa Sirnajati. Sejak awal Ramadan, tak ada lagi guyuran hujan. Wilayah-wilayah tersebut memang tiap tahunnya menjadi langganan kekeringan acap kali kemarau datang.
Oleh karena itu, pekan depan suplai air
bersih akan kembali dikirimkan ke Cibarusah. Ryan Andriana Rachman dari tim Global
Zakat-ACT mengatakan, akan ada dua titik yang bakal menerima
pasokan air bersih yang dibawa menggunakan Humanity Water Tank.
“Pendistribusian air bersih untuk wilayah lain yang mengalami kekeringan di Jabodetabek akan menyusul. Untuk pekan ketiga Juli, Humanity Water Tank akan kembali di Cibarusah, Pandeglang, Banten,” kata Ryan, Jumat (19/7).
Selain kebutuhan untuk konsumsi yang berkurang,
lahan pertanian milik warga juga terancam mengalami gagal panen. Dari
pemantauan ACT, beberapa lahan padi warga Cibarusah telah dipanen dini walau
hasilnya kurang maksimal. Cara ini dilakukan karena minimnya pasokan air membuat tanaman tak dapat berkembang. []