
ACTNews, YAMAN – Tangan-tangan kecil itu menggenggam masing-masing paket
yang diberikan kepada mereka. Beberapa anak malah tidak segan menempelkan baju
yang baru mereka dapat ke badan, seolah-olah sedang mematut diri di depan
cermin. Warna-warni baju yang datang ke rumah mereka di Kota Taiz, Yaman, menjadi salah satu isi paket Lebaran yang memeriahkan Idulfitri mereka hari itu.
Selain Taiz, paket-paket amanah dari Indonesia
tersebut juga datang menghibur mereka ke Kota Taiz, Hamdan, Al Wahda, Amanh Al asimah,
Al Zuhrah. Mengingat mimpi-mimpi buruk selalu menghantui mereka selama 6 tahun
ke belakangan. Perang mereka lalui dari hari ke hari. Kini ancaman
virus corona juga mereka hadapi.
“Jadi selain ancaman perang, warga juga sudah
mulai waspada dengan virus corona. Kita ketahui bersama untuk warga di negara yang
dalam kondisi aman saja sulit dalam menghadapi pandemi ini, apalagi untuk
mereka yang tinggal di tengah perang,” kata Said Mukkafiy dari Tim Global Humanity Response (GHR) – Aksi Cepat
Tanggap (ACT) pada Kamis (28/5) ini. Sampai saat tulisan ini diturunkan,
tercatat 265 kasus infeksi corona di Yaman di mana 53 di antaranya meninggal
dunia.
Didukung oleh Ibu Ratih Sulanjari & Bapak Bambang, serta Ibu Hertin Sigit, ACT membawa kegembiraan kepada 812 anak yang ada
di beberapa titik di Yaman pada Jumat (22/5) dan Sabtu (23/5) lalu. Said
berharap sesulit apapun keadaannya, mereka dapat tetap semangat menjalani
hidup.
Salah seorang anak menerima paket lebaran dari ACT. (ACTNews)
“Sebanyak 812 anak penerima manfaat ini adalah
anak yatim dan sebagian lagi berasal dari keluarga prasejahtera. Kita berharap
walaupun keadaan mereka sangat sulit sekarang ini, mereka dapat tetap berjuang.
Dan kita semua di sini yang mendorong mereka dengan kepedulian kita,” ungkap
Said.
Dikutip dari BBC Indonesia, Dr Shalal Hasel, seorang pejabat departemen pemantauan epidemiologi di provinsi Lahj, Yaman, terdengar sedih ketika menjelaskan tentang kondisi Yaman di bawah pandemi. "Anda akan tahu tentang situasi kesehatan yang memburuk di Yaman - terutama setelah konflik dan perang. Rumah sakit di sini terbatas dan tidak dilengkapi untuk menangani kasus virus corona," kata Dr Shalal.
Mohamed Alshamaa
dari Save The Children, sebuah
organisasi nonprofit, sama
khawatirnya tentang apa yang mungkin melanda rumah sakit di negara itu - hanya
setengahnya beroperasi sebagai imbas dari perang. "Anda dapat melihat
ketakutan di wajah, tidak hanya dokter tetapi juga manajemen. Kami memiliki
beberapa dokter di satu atau dua rumah sakit yang telah mengirim pasien dengan
kondisi pernapasan normal karena khawatir mereka adalah kasus virus corona,
karena mereka tidak memiliki peralatan pelindung yang tepat. "
Saat ini Yaman hanya memiliki 209 ventilator, sejumlah 417 ventilator sedang didatangkan dari negara lain. Sementara jumlah ini masih jauh dari ribuan ventilator yang dimiliki atau diproduksi oleh negara-negara maju. []