
ACTNews, TASIKMALAYA –
Menjadi seorang tenaga pendidik sekaligus tulang punggung keluarga mengharuskan Didin Ahmad Sirojudin (55) harus berjuang lebih
keras di masa pandemi ini. Pasalnya, penghasilan guru
honorer yang tak seberapa, ditambah sekolah tempat ia mengajar
sudah libur sejak sekitar empat bulan yang lalu dampak
pandemi mempengaruhi pendapatannya. Menjalani pekerjaan lain pun dilakukan demi
menyambung kehidupan keluarganya.
Didin tinggal di Desa Kurniabakti, Ciawi, Kabupaten Tasikmalaya. Sudah 19 tahun ia mengabdi sebagai guru di Madrasah Asiyah, Ciawi. Didin Sendiri memiliki tanggungan seorang
istri dan dua orang putra, satu di antaranya masih sekolah di
tingkat SMA dan satu lagi putus sekolah. “Anak
pertama putus sekolah karena pas sedang d SMA sakit dan tidak bisa dilanjutkan
sxekolahnya,” ungkap Didin pada awal November ini kepada tim Aksi Cepat Tanggap
(ACT) Tasikmalaya.
Dari hasil mengajar, Didin
mendapatkan honor Rp200 ribu per bulan. Jumlah tersebut masih sangat jauh untuk
bisa memenuhi kebutuhan hidupnya. Namun baginya, gaji dari mengajar bukanlah
tujuan utama Didin mengabdi di dunia pendidikan. Ia ingin mengamalkan hadis
yang menyebut bahwa sebaik-baiknya manusia ialah yang bermanfaat bagi sesama.
Untuk itu, selain mengajar,
Didin menambah penghasilan dengan bekerja lainnya. Salah satu yang Didin
lakukan ialah menjajakan oncom olahannya sendiri ke warung-warung serta pasar
terdekat dari tempat tinggalnya. Proses pembuatan oncom itu ia kerjakan
disela-sela waktunya sebagai pendidik. Sayang, pesanannya tak selalu lancar,
membuat Didin hanya mengolah oncom tiap kali ada pesanan saja.
“Saya buat oncom ini
sambilan karena sekolah juga sedang libur,” tambah Didin yang juga sering mengisi
kajian keagamaan di kampung tempatnya tinggal.
Semua perjuangan yang Didin
lakukan merupakan bentuk ikhtiarnya sebagai kepala keluarga dan juga tak
meninggalkan tanggung jawab sebagai pendidik. Harapannya kini adalah sang anak
kedua bisa melanjutkan pendidikan hingga perguruan tinggi dan bermanfaat bagi
orang banyak, bangsa dan agama. “Mohon doanya agar pendidikan anak saya terus
berlanjut ke jenjang yang lebih tinggi,” pinta Didin saat bertemu dengan tim
ACT Tasikmalaya.
Dalam kesempatan pertemuan dengan Didin ini, Global Zakat-ACT Tasikmalaya, selain menjalin silaturahmi, juga memberikan bantuan biaya hidup. Aksi ini merupakan apresiasi atas pengabdian Didin dari program Sahabat Guru Indonesia. “Pak Didin merupakan sosok inspiratif seorang guru yang tak meninggalkan tanggung jawab mengajar dan memenuhi kebutuhan keluarganya. Biaya hidup yang kami salurkan dari dana zakat masyarakat merupakan apresiasi atas perjuangan beliau selama ini,” ungkap M. Fauzi Ridwan dari Tim Program ACT Tasikmalaya.[]