
ACTNews, COX’S BAZAR – Ratusan tempat tinggal pengungsi Rohingya ambruk dan rapuh karena angin kencang dan hujan deras. Kondisi itu dilaporkan Firdaus Guritno dari tim Global Humanity Response – Aksi Cepat Tanggap , Ahad (30/8). Firdaus mengatakan, keadaan semakin diperparah karena kondisi tenda yang mulai menua seiring waktu.
“Pengungsi
Rohingya terus dilingkupi kekhawatiran setiap kali hujan deras dan angin
kencang melanda. Tempat tinggal mereka hanya dibangun dari terpal dan bambu. Bangunan
itu pun rawan terbakar,” kata Firdaus. Sejauh ini tidak ada korban jiwa yang
dilaporkan.
Walaupun sudah
rapuh, para pengungsi tetap menghuni bangunan yang mereka anggap masih bisa
ditinggali. Tidak ada pilihan lain bagi mereka. Bahkan, sebelum benar-benar
ambruk, mereka masih berusaha memperbaiki rumah sekadarnya.
Tempat tinggal, lanjut Firdaus, merupakan satu dari sejumlah problematika yang masih membelenggu pengungsi Rohingya. Tiga tahun pascaeksodus besar-besaran, pengungsi Rohingya belum mendapatkan kehidupan yang layak.
Hingga kini, pengungsi Rohingya tidak memiliki perlindungan secara hukum. Kehidupan di kamp semakin memprihatinkan kala pandemi Covid-19 ini. "Mereka pun amat bergantung pada bantuan kemanusiaan. Mari bersama bantu pengungsi Rohingya dengan sedekah terbaik melalui laman Indonesia Dermawan atau langsung ke rekening BNI Syariah Aksi Cepat Tanggap dengan nomor 0096110239. Insyaallah, dukungan kepedulian masyarakat Indonesia akan terus kami sampaikan kepada saudara-saudara Rohingya yang membutuhkan,” tutupnya.
Agustus ini merupakan peringatan tiga tahun perpindahan besar-besaran pengungsi Rohingya ke Bangladesh. Tiga tahun sudah Rohingya mencari kehidupan yang lebih aman pascakekerasan atas etnis Rohingya terjadi di Myanmar. Lebih dari 740.000 etnis Rohingya hijrah ke Bangladesh pada 2017 lalu.[]