
ACTNews, AL-MUDAFER –
Perang yang telah berlangsung lima tahun lamanya telah membuat belasan ribu
orang meninggal dunia di Yaman. Hal itu membuat Perserikatan Bangsa-bangsa
menyebut Yaman mengalami krisis kemanusiaan terburuk di dunia. Hal ini pun
menimbulkan banyak dampak bagi penduduknya, mulai dari akses kesehatan dan
pendidikan yang terbatas hingga krisis pangan yang berakibat dengan kelaparan
sampai gizi buruk.
Akan dengan mudah
kita menemukan foto anak-anak Yaman kurus melalui mesin pencarian Google. Mereka bertahan hidup dengan kondisi hanya tulang
terbalut kulit yang tersisa. Berat mereka kurang dari 10 kilogram, sedangkan
usia telah mencapai belasan tahun. Mereka terjebak dalam konflik kemanusiaan.
Selain kelaparan,
penduduk Yaman juga didera kemiskinan. Sebanyak 78 persen warga Yaman dinyatakan
miskin. Angka tersebut terus bertambah sejak 2014 saat konflik semakin meningkat.
Sumber pangan pun menipis. Wajar jika jutaan balita dan ibu hamil serta
menyusui mengalami kekurangan gizi.
Aksi Cepat Tanggap
(ACT) sebagai lembaga kemanusiaan yang ikut menyalurkan dana masyarakat ke
Yaman pun ikut merespons. Setelah pada pertengahan Juni lalu mengirimkan paket
pangan, pada akhir Juni lalu ACT menyalurkan makanan siap santap yang dimasak di dapur umum. Sebanyak 516 jiwa menerima makanan siap
santap tersebut.
Said Mukkafiy dari
tim Global Humanity Response - ACT mengatakan, makanan siap santap diperuntukkan
bagi keluarga prasejahtera serta mereka yang tak memiliki rumah. Kehadiran
makanan siap santap ini juga karena penduduk Yaman membutuhkan pangan sebagai
kebutuhan yang paling penting. “ACT mendistribusikan makanan siap santap ke
wilayah Al-Mudafer dan Al-Caheera pada 26-27 Juni lalu,” jelasnya, Jumat (3/7).
Hingga kini, konflik kemanusiaan masih terjadi di Yaman, dampaknya pun perlu segera dituntaskan, khususnya kelaparan. Tujuannya, agar tak ada lagi kabar menyedihkan tentang kasus kelaparan hingga terputusnya pendidikan anak-anak.[]