
ACTNews, KABUPATEN LUMAJANG – Sekalipun
penghasilan menurun semenjak erupsi, Mak Iyah (47) tetap bekerja keras. Setiap
hari tangan terampilnya menganyam bilah bambu hingga menjadi tenong, sebuah
wadah makanan yang terbuat dari anyaman bambu. Di saat yang sama ia juga
menggoreng rempeyek untuk dijual.
“Setiap hari bikin
rempeyek bisa 50 sampai 100 bungkus, harga per bungkus dijual Rp2 ribu. Kalau
tenong, saya bisa buat 5 sampai 7 buah dalam satu hari, harganya Rp6 ribu per
buah,” ungkap Mak Iyah ditemui Jumat (14/1/2022) kemarin.
Mak Iyah,
tinggal tidak jauh dari salah satu posko darurat Aksi Cepat Tanggap (ACT) yang
ada di Desa Jarit, Kecamatan Candipuro, Kabupaten Lumajang. Ia kini merupakan kepala
keluarga tangguh yang mengambil peran untuk mengangkat ekonomi keuarga, sejak sang
suami meninggal karena sakit 10 tanun yang lalu.
Selain
berdagang, Mak Iyah juga terbiasa mengelola lahan pertanian orang lain. "Untuk
biaya hidup Insyaallah cukup. Saya juga nguli
tani kalau ada yang membutuhkan," tuturnya. Dari menjadi buruh tani, Mak
Iyah bisa mendapatkan penghasilan tambahan sekitar Rp35 ribu dalam satu hari.
Global Wakaf-ACT
membantu ikhtiar Mak Iyah dengan memberikan bantuan modal usaha melalui program
Wakaf UMKM. Mak Iyah pun bersyukur dengan adanya bantuan ini. “Semoga modal ini
berkah menambah bahan baku. Terima kasih untuk dermawan Global Wakaf-ACT,"
kata Mak Iyah. []