
ACTNews, JAKARTA – Air memainkan peran penting
bagi kehidupan manusia, baik itu konsumsi, keperluan rumah tangga, maupun
industri. Bagian
bumi sendiri sekitar 72% terdiri dari air yang didominasi oleh air asin. Sementara
kurang dari 1% air tawar dunia mudah diakses manusia.
Fenomena ini juga
banyak terjadi di Indonesia. Oleh karenanya, Global Wakaf – ACT sejak tahun 2015 lalu terus berusaha menghadirkan air bersih di berbagai
wilayah di Indonesia melalui program Sumur Wakaf.
Kebermanfaatan Sumur Wakaf sangat dirasakan warga yang mengalami krisis air bersih selama bertahun-tahun. Mulai dari lembaga pendidikan, warga di pelosok Nusantara, hingga penyintas bencana di tenda-tenda pengungsian, berikut cerita mereka yang mendapatkan keberkahan dari Sumur Wakaf.
Bersama merawat Sumur Wakaf
Dahulu di
Kampung Picungpugur, Desa Cintabodas, Tasikmalaya, air bersih sulit untuk
diakses pada musim kemarau. Sumur dangkal yang biasa digunakan warga, mengering sama
sekali, sehingga mereka harus mengambil ke sungai kecil yang aksesnya cukup
sulit.
“Kalau sudah
tidak ada air, warga suka pergi ke sungai kecil yang letaknya menurun ke bawah
kampung ini. Jaraknya lumayan setengah kilometer kalau ke sana. Tapi jalannya
itu yang masalah. Kalau pergi ke sana itu jalannya ‘bagus’,” sindir Erna, salah
seorang warga, sambil tertawa.
Selain untuk
kebutuhan sehari-hari warga, kebutuhan air bersih juga mendesak bagi Erna yang
mengajar di Kelompok Bermain Az-Zahra di Kampung Picungpugur. Tak kurang 65
anak yang belajar di sana dan mereka sulit mendapatkan air bersih untuk kegiatan
anak-anak.
Kelompok Bermain Az-Zahra yang mengucapkan terima kasihnya kepada para wakif. (ACTNews/Reza Mardhani)
Sejak 2017,
kebutuhan air tersebut disuplai oleh Global Wakaf – ACT tepat di Masjid Kampung
Picungpugur yang tepat berada di sebelah Kelompok Bermain Az-Zahra. Melimpahnya
air bersih kini tidak hanya dimanfaatkan oleh masjid dan kelompok bermain saja,
tetapi juga warga setempat. Sekitar 75 kepala keluarga yang memanfaatkan sumur
ini.
Selama adanya
Sumur Wakaf juga, Erna mengatakan warga sudah jarang menggunakan sungai yang
ada di bawah permukiman. Oleh karenanya, warga bersama-sama merawat Sumur Wakaf
tanpa membebankan kepada satu orang saja.
“Kalau merawatnya, kami di sini bersama-sama saja. Siapa yang pakai, ikut juga merawat. Ini kan soalnya punya bersama. Pernah satu kali airnya tidak mengalir, ternyata cuma pipanya yang bocor, ya kita ganti bersama-sama,” kata Erna padaakhir Agustus 2019 lalu.
Tak lagi menumpang mandi ke tetangga
Tak henti-hentinya Irfan (40) mengucap rasa syukur. Perlu waktu menahun sampai ia bisa menikmati fasilitas air di rumahnya sendiri. Untuk mandi, mencuci, dan memasak, sebelumnya ia harus menumpang di rumah tetangganya.
Selama menumpang ke tetangganya untuk kebutuhan air, Irfan mengaku tak pernah dimintai iuran untuk listrik maupun air oleh tetangganya. Sebagai tanda terima kasih, tiap kali ada hasil kebun yang melimpah, Irfan membaginya ke tetangga.
Irfan di samping mesin yang menyedot air dari Sumur Wakaf Keluarga yang ada di sebelah rumahnya. Sumur seakan menjadi keberkahan bagi Irfan setelah bertahun-tahun harus meminta air ke tetangganya. (ACTNews)
Akan tetapi, tak
setiap panen hasil kebun garapan Irfan melimpah. Hal ini membuat tak jarang
Irfan merasa tidak enak ke tetangganya karena selalu merepotkan. Semenjak satu
unit Sumur Wakaf dibangun di rumahnya di Desa Karawana, Kecamatan Dolo,
Kabupaten Sigi, ia tak perlu menumpang lagi. Bahkan ia mau membagi air ini buat
siapapun yang membutuhkan.
“Tapi sekarang sudah ada sumur, jadi enggak perlu merepotkan tetangga lagi. Selain sumur dan mesin airnya, saya juga punya bak baru. Saya enggak mau menikmati air sari Sumur Wakaf ini sendirian, siapa pun yang membutuhkan air bisa mengambilnya,” ungkap Irfan pada Kamis (25/6) itu.
Mengalirkan air bersih ke tenda pengungsian
Terhitung
Februari lalu, warga Kampung Rancanangka, Desa Cieluksa, Kecamatan Sukajaya,
Kabupaten Bogor yang terdampak bencana longsor di awal tahun 2020, mulai
menempati tanah relokasi di Blok Cipandawa karena desa mereka masuk zona merah
alias rawan longsor. Lahan tersebut disiapkan, namun berbagai penunjang
kehidupan bagi warga belum terpenuhi semua. Termasuk keberadaan air bersih
MCK di Blok Cipendawa adalah MCK sementara yang airnya cukup serta bersih. Namun, masih ada lagi beberapa lokasi yang belum maksimal dan kesulitan air. Sumber air berasal dari pipanisasi mata air pegunungan, namun adanya longsor yang terjadi beberapa kali membuat sebagian peralatannya rusak dan ketika hujan air sering menjadi keruh di mana warga harus mengambilnya dari sungai kecil yang mengalir di bawah bukit.
“Sumber lain ada
dari gunung, jaraknya 2.500 meter dari sini (Blok Cipandawa). Makanya, kami
sangat butuh pipanisasi,” ungkap Ope. Meskipun telah tersedia pipanisasi dari
mata air tersebut, namun, debitnya sangat kecil.
Mengatasi permasalahan tersebut, Global Wakaf - ACT pada Kamis (23/7) lalu menyerahterimakan Sumur Wakaf yang telah dibangun dalam beberapa pekan terakhir. Sumur tersebut nantinya bisa memenuhi kebutuhan air bagi warga Blok Cipandawa yang tinggal di atas bukit itu. Dengan begitu, warga tak perlu lagi mengambil air yang tak selalu jernih dari sungai yang ada di bawah bukit.
“Sekarang ada
sumur di sini, airnya juga lumayan banyak, jadi enggak perlu repot
lagi mengambil air jauh-jauh,” tambah Ope.