
ACTNews, BANDUNG – Menempuh jarak hampir 45 kilometer dari kota
Bandung dengan waktu tempuh sekitar 120 menit, Kamis (31/10), tim Aksi Cepat
Tanggap Jawa Barat berkunjung ke Pesantren Ash Shalahuddin yang bertempat di Desa
Sindang Kerta, Cililin, Kabupaten Bandung Barat. Ketika memasuki
area pesantren, terlihat gapura dengan tulisan pesantren enterpreuner.
Pesantren yang berdiri
sejak 1956 ini mengusung pendidikan agama Islam serta kewirausahaan bagi
para santri dan santriwatinya. Pimpinan pesantren Ustaz Asep menuturkan, para
santri diajarkan memegang prinsip Nabi Muhammad yang mengatakan bahwa
kemiskinan dapat mendekatkan dengan kekufuran. Salah satu yang dapat dilakukan
ialah dengan berniaga. “Santri di sini diajarkan untuk berjualan. Salah satu
produknya ialah makanan dari olahan ikan lele, mulai dari kerupuk, abon, hingga
stik lele dengan harga 2-20 ribu rupiah,” ungkapnya
Adi Saputra merupakan salah satu santri yang juga ikut belajar kewirausahaan dengan menjajakan produk olahan pesantren ke warga sekitar. Adi biasa menjajakan kerupuk lele dengan harga Rp 2 ribu per kemasan. Pendapatannya pun bisa mencapai Rp 80-120 ribu sekali berkeliling.
Namun, tak jarang ia juga tak mendapatkan pembeli sama sekali. “Kalau enggak laku ya sedih, tapi gapapa juga, sambil belajar,” ungkap Adi yang merupakan santri yatim di Pesantren Ash Shalahuddin ini.
Serah terima Beras untuk Santri Indonesia kepada santri Pesantren Ash Shalahuddin, Bandung, Kamis (31/10). (ACTNews/Resdi)
Pesantren Ash Shalahuddin dihuni oleh santri dari kalangan keluarga
perekonomian prasejahtera dan yatim. Mereka belajar di pesantren secara gratis.
Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, termasuk pangan, para santri berjualan produk olahan lele. Cara
ini juga menjadi salah satu materi belajar, apalagi pesantren melebeli diri
sebagai pesantren enterpreuner.
“Tiap Senin sampai Jumat ada jadwal berjualan dari jam 2 siang sampai
jam 5 sore, santri menjajakan olahan dari lele dengan cara berkeliling
permikiman sekitar pesantren,” ungkap Asep.
Di dalam kompleks pesantren terdapat kolam-kolam tempat lele hidup.
Bersama 57 santri dan 9 tenaga pengajar, mereka terlibat dalam produksi olahan
lele bahkan sejak pemeliharaan di kolam. Nantinya semua pendapatan dari usaha
lele ini digunakan untuk keperluan pesantren dan para santrinya.
Di hari Kamis itu juga, ACT memberikan satu ton beras untuk Pesantren
Ash Shalahuddin. Beras ini merupakan kelanjutan dari program Beras untuk Santri
Indonesia (BERISI) yang ACT luncurkan pada 22 Oktober 2019 lalu yang bertepatan
dengan Hari Santri Nasional. Harapannya dengan adanya beras ini dapat membantu
kebutuhan pangan santri. “Semangat belajar para santri ini perlu dijaga, salah
satu cara yang ACT lakukan dengan program BERISI,” ungkap Kepala Cabang ACT Jabar
Renno Mahmoeddin. []