
ACTNews, JAKARTA
- Evi terisak saat menceritakan kisahnya lagi pada malam pergantian tahun itu.
Ia mengingat kembali air menggenang sampai ke plafonnya. Menurutnya, ia tidak
mendapatkan informasi akan ada air yang datang ke tempat tinggalnya di kawasan
Bidara Cina, Jakarta Timur pada Selasa (31/12/2019) malam sebelumnya.
“Tapi ketika banjir kemarin memang
tidak ada informasi sama sekali. Jadi tidak tahu, ketika tetangga membangunkan,
menggedor pintu jam 3 pagi, banjir sudah masuk ke rumah. Saya pikir banjir
tidak besar, jadi saya naikkan barang ke atas meja,” cerita Evi.
Dari jam 3 hingga jam setengah 6
pagi, Evi menaikkan barang-barang ke tempat lebih tinggi. Namun tubuhnya belum
maksimal karena baru saja sembuh dari strok, sehingga badannya menjadi kaku.
Suaminya kemudian mengantarkannya ke Posko Pengungsian Sasana Krida Karang
Taruna, Bidara Cina. Tetapi banjir malah semakin tinggi hingga mencapai plafon
rumah, sehingga barang-barangnya tidak ada yang selamat sama sekali.
Menurut Evi posko pengungsian pada hari keempat, yakni pada Sabtu (4/1) itu sudah aman. Berbeda dengan hari pertama dan hari kedua di awal tahun 2020. Banyak toko tutup karena libur, ditambah lagi banjir. Para pengungsi bingung mencari makanan sehingga banyak yang kelaparan. “Alhamdulilah, sekarang sudah kenyang,” kata Evi sembari tertawa.
Para relawan mendistribusikan beras ke dalam Posko ACT di RPTRA Permata Intan, Bidara Cina, Jakarta Timur. (ACTNews/Reza Mardhani)
Bantuan memang terus mengalir untuk
para penyintas yang terdampak banjir di kawasan Bidara Cina. Seperti pada Sabtu
itu, Aksi Cepat Tanggap (ACT) menyalurkan bantuannya dengan membawa
armada-armada kemanusiaan. Tidak hanya itu, 10 truk logistik juga dilepas untuk
didistribusikan di posko-posko ACT yang berada di Jabodetabek pada Sabtu (4/1)
lalu. Salah satunya di Ruang Terpadu Ramah Anak (RPTRA) Permata Intan yang kini
dialihfungsikan menjadi posko pengungsian.
“Kami
bersyukur, bapak-bapak dan ibu-ibu dari ACT serta para relawan yang membantu
kami. Kami tidak kekurangan apa pun selama berada di pengungsian. Sampai
sekarang kami masih tinggal di pengungsian sejak tanggal satu, karena
listriknya korsleting, lampu tidak bisa menyala dan belum bisa membersihkan
rumah dari lumpur,” kata Simatupang, salah satu warga terdampak.
Selain
itu, seorang warga bernama Nuryani, juga sebelumnya tidak akan terpikir rumahnya
akan terendam banjir. Meskipun rumahnya terendam, Nuryani yang juga sebagai
Ketua PKK akhirnya ikut mengevakuasi warga menggunakan perahu karet bersama
karang taruna ke posko-posko terdekat, termasuk ke RPTRA Permata Intan.
“Sekali lagi ucapan terima kasih kepada ACT, yang tidak kurang-kurangnya membantu kami di sini, alhamdulillah. Juga kepada para dermawan ACT semuanya,” kata Nuryani.
Selain 10 truk logistik,
Humanity Food Truck pada hari itu mendistribusikan
sebanyak 1.000 paket makanan siap santap kepada warga terdampak. Selain itu,
warga juga mendapatkan 5 ton beras yang telah disiapkan di Humanity
Rice Truck. Lalu adanya Ambulans Pre-Hospital dan Humanity
Water Truck juga membantu warga yang mengalami masalah kesehatan
dan kesulitan air bersih selama bencana banjir melanda di awal 2020 ini.
“Kami, bagian dari masyarakat, berasal dari masyarakat, dan
harus membantu masyarakat juga. Jadi pada kesempatan hari ini, atas dukungan
masyarakat Indonesia yang dermawan, hadir armada-armada beserta aksi-aksinya
untuk menyapa warga yang saat ini sedang mengalami kesulitan akibat dari
bencana banjir,” kata Wahyu Novyan selaku Direktur Program ACT.
Wahyu berharap, hadirnya bantuan-bantuan ini dapat menginspirasi juga masyarakat lainnya untuk turun tangan membantu sesama. Sehingga, saudara-saudara mereka yang terdampak dapat lebih cepat bangkit dari kesulitan ini. []