ACTNews, JAKARTA – Beberapa waktu lalu
sempat viral video tentang guru honorer di Pandeglang, Banten yang harus menempuh
jarak 3 kilometer dengan berjalan kaki menuju sekolah. Tak ada aspal, hanyalah
jalan setapak yang akan menjadi lumpur di kala hujan. Jalan itu yang harus
ditempuh sang guru untuk sampai di
sekolah demi mengajarkan anak muridnya.
Guru di Pandeglang itu merupakan salah
satu di antara ratusan ribu perjuangan guru-guru di Indonesia. Belum lagi bagi
yang masih berstatus guru honorer. Gaji mereka tak seberapa, yakni di rentang angka
Rp 150-500 ribu saja. Itu pun tak jarang harus dirapel karena pihak sekolah
tak tiap bulan memiliki dana untuk membayar jasa guru-gurunya.
Dirjen Guru dan Tenaga Kependidikan
Kemeterian Pendidikan dan Kebudayaan Supriano di dalam rilis 21 Oktober 2019
lalu mengatakan, di akhir tahun 2017 lalu guru honorer di Indonesia terdata
735.825 orang. Sedangkan pada Desember 2018 terdapat kenaikan angka hingga 41
ribu orang.
Aksi Cepat Tanggap mendata dari berbagai sumber, setidaknya
ada 10 provinsi yang memiliki jumlah guru honorer terbanyak. Jawa Barat, Jawa Timur,
Jawa Tengah, Sumatra Utara dan Sumatra Selatan menempati posisi 1-5. Sedangkan
di posisi 6-10 terbanyak memiliki guru honorer ada di Sulawesi Selatan, Banten,
Lampung, Nusa Tenggara Timur dan Aceh.
Direktur Program ACT Wahyu Novyan mengatakan, guru honorer di berbagai pelosok negeri banyak yang mereka menikmati gaji yang sangat kecil. “Di Mentawai misalnya, di salah satu sekolah di Sikakap digaji 500 ribu per bulan. Itu pun tak dibayar tiap bulan karena keadaan perekonomian sekolah yang tak menentu. Walau begitu, para pengabdi negeri ini tak kenal lelah membimbing penerus bangsanya,” ungkap Wahyu, Kamis (21/11).
Lukman sedang mengajar di SMP Terbuka 17 Bekasi. Ia merupakan salah satu guru honorer. (ACTNews/Eko Ramdani)
Gaji yang sangat kecil ini sangat tak
berbanding dengan kebutuhan sehari-hari yang diperlukan oleh keluarga guru.
Oleh sebab itu, tak sedikit dari mereka yang harus bekerja lagi sepulang
mengajar. Lukman misalnya. Guru honorer di Sekolah Menengah Pertama Terbuka 17
Bekasi sepulang mengajar akan melanjutkan pekerjaan sebagai pengemas produk
madu. Usaha ini ia lakukan demi mencukupi kebutuhan keluarganya.
“Kalau menggantungkan pemasukan dari
mengajar saja tak cukup ya, tapi tak masalah. Saya mengabdikan diri sebagai
guru, mengajarkan anak-anak yang sebagian besar datang dari keluarga
perekonomian prasejahtera,” tutur Lukman, Kamis (21/11).
Menjelang Hari Guru yang jatuh pada
tanggal 25 November mendatang, masih banyaknya jumlah guru honorer prasejahtera menjadi refleksi bersama. Mereka yang telah mengabdikan diri untuk pendidikan negeri butuh perhatian lebih. Untuk itu, bertepatan dengan Hari
Guru 2019, ACT akan meluncurkan program Sahabat Guru Indonesia. “Program ini
akan memberikan tunjangan kepada guru-guru honorer di seluruh Indonesia, terlebih
mereka yang masih bergaji tak menentu dan rendah,” jelas Wahyu Novyan.[]