
ACTNews, JAKARTA – Belakangan pemerintah
Indonesia sedang menyuarakan wacana penggalakkan wakaf tunai. Seperti
diungkapkan oleh Wakil Presiden KH Ma'ruf Amin bahwa pemerintah akan
meluncurkan Gerakan
Nasional Wakaf Tunai. Ma'ruf berharap, pengumpulan dana sosial melalui
wakaf bisa semakin optimal dengan gerakan tersebut.
Ma'ruf
mengatakan, gerakan tersebut akan melibatkan umat Islam mulai dari jajaran
petinggi negara hingga masyarakat. Dengan jumlah penduduk muslim yang ada di
Indonesia, ia meyakini, potensi wakaf tunai akan sangat besar.
"Ini akan
kita luncurkan nanti dan melibatkan semua yang mengaku muslim mulai dari
Presiden, Wapres, menko-menko, menteri, BI, OJK, semua sampai kepada semua pejabat,
gubernur, bupati, kita ingin membangun yaitu Gerakan Nasional Wakaf
Tunai," ujar Ma'ruf saat menghadiri peringatan Hari Santri Nasional 2020
melalui daring, Kamis (22/10).
Ma'ruf
mengatakan, belum banyak yang menyadari wakaf tunai adalah dana abadi umat yang
besar. Bahkan, dalam ajaran Islam, disebutkan pahala dana wakaf tidak akan
pernah habis. "Wakaf ini yang sebenarnya dalam Islam disebut sebagai
pahala yang tidak pernah habis," ujar Ma'ruf. Melalui gerakan wakaf
tersebut, Ia berharap wakaf tunai yang dikumpulkan oleh masyarakat dapat
terkumpul dan dimanfaatkan untuk program pembangunan dan pemulihan ekonomi,
sekaligus meningkatkan kesejahteraan warga.
Sejalan dengan
itu juga, Sekretaris
Ditjen Bimbingan Masyarakat Islam Kementerian Agama (Kemenag), Muhammad
Fuad Nasar, menilai wakaf merupakan instrumen penting untuk menopang
perekonomian Indonesia di tengah masa krisis. Terutama saat negara terancam
resesi pada kuartal III 2020 ini akibat wabah pandemi Covid-19.
"Pengembangan wakaf menjadi salah satu isu penting sebagai buffer penyangga ekonomi nasional kita yang sedang menghadapi resesi," kata Fuad dalam diskusi virtual Indonesia Sharia Economic Festival (ISEF) 2020, Jumat (30/10).
Memproduktifkan masyarakat di tengah kesulitan
Langkah-langkah
yang ditempuh pemerintah menjadikan wakaf sebagai salah satu alat untuk
menghadapi resesi juga telah dilakukan Global Wakaf – ACT. Melalui wakaf
misalnya, Global Wakaf – ACT telah memberdayakan sekitar 1.170 pengusaha mikro dan
petani di 21 provinsi Indonesia per 7 November lalu. Filantropi wakaf ini menjadi
salah satu solusi dalam menghadapi dampak luas dari terpuruknya ekonomi bangsa
yang kini dirasakan warga urban hingga pelosok.
“Wakaf di sini
berperan dalam perbaikan kondisi sosial ekonomi umat yang tengah terpuruk,
beberapa di antaranya sektor UMKM dan pertanian. Banyak kami dapati fakta dari
lapangan, bagaimana pelaku usaha mikro dan ultra mikro berjuang penuh
mempertahankan usaha mereka di tengah pandemi. Banyak juga di antara mereka
yang harus gulung tikar akibat rendahnya daya beli masyarakat. Padahal UMKM
dinilai sebagai salah satu penopang utama perekonomian Indonesia. Belum lagi
petani-petani kita, sebagai produsen pangan, ikut terpuruk akibat terbatasnya
modal untuk produksi hasil pertanian di saat masyarakat butuh bahan pangan.
Inilah yang mendorong kami bersama Global Wakaf untuk menginisiasi program
Wakaf Modal Usaha Mikro,” jelas Presiden ACT Ibnu Khajar, di sela peluncuran program
Wakaf Modal Usaha Mikro oleh Global Wakaf - ACT, akhir Agustus lalu.
Seperti di Kota
Banjarbaru, Program Wakaf Modal Usaha Mikro serta Masyarakat Produsen Pangan
Indonesia (MPPI) ternyata membawa manfaat untuk pria bernama Abdi. yang menjadi
anggota MPPI Landasan Ulin Utara (Laura). Sebelumnya, Abdi merupakan seorang
karyawan di salah satu perusahaan. Ia kemudian terkena pemutusan hubungan kerja
(PHK) dan sempat menganggur.
Abdi, salah satu anggota binaan program Masyarakat Produsen Pangan Indonesia tampak bercocok tanam di lahan yang dikelola oleh TPA Bayt Al-Hikmah Banjarbaru. (ACTNews/Ali Ridho)
Pendamping MPPI
Laura, Ali Ridho, menceritakan, saat Abdi berhenti bekerja, ia mendapatkan
informasi tentang adanya bantuan modal usaha tanpa riba. Lantas, Abdi yang juga
merupakan salah satu wali santri TPA Bayt Al-Hikmah Banjarbaru tertarik dan
menghubunginya untuk mendapatkan bantuan modal usaha dari Global Wakaf – ACT.
“Dia bertanya,
apakah modal bantuan usaha tani apakah masih ada. Yang saya tahu, beliau itu
bukan seorang petani. Lantas saya katakan bahwa ini untuk para petani,
sedangkan bapak (Abdi) bukan petani,” kata Ali Ridho mengawali ceritanya Selasa
(3/11) lalu.
Kepada Ali, Abdi
mengungkapkan seandainya ada lahan yang cukup luas, ia akan semangat untuk
bertani. Ali lantas menunjukkan lokasi lahan untuk bertani di lahan yang
dikelola oleh TPA Bayt Al-Hikmah. Saat ditunjukkan, Abdi pun menyetujuinya dan
memanfaatkan lahan seluas seluas 25 x 20 meter.
“Beliau akhirnya
menanam tanaman tambahan di lokasi samping TPA Bayt Al-Hikmah. Dia (Abdi)
mengakui, bahwa lebih nyaman menjadi petani dibandingkan menjadi karyawan. Juga
bawaannya happy dan terus
semangat. Tanamannya juga sudah mulai meluas,” imbuh Ali.
Kendati tidak
memiliki pengalaman bercocok tanam, Abdi tidak pernah putus asa. Ia sering
bertanya kepada Ali, dari cara pengolahan lahan hingga bagaimana menggunakan
cangkul dengan benar. Ali sendiri mengakui, Abdi merupakan satu-satunya anggota
MPPI yang perlu mendapatkan pendampingan.
“Jadi saya ajari bagaimana cara membuat bedengan, cara menanam bawangnya, serta menyediakan lahan yang sekiranya mencukupi anggota MPPI, yaitu Mas Abdi. Rencananya saya akan menawarkan beliau jenis tanaman yang akan beliau tanam,” katanya. []