ACTNews, MALANG – Spontan KH Mahfudz Syaubari,
MA sebagai pengasuh Pondok Pesantren Riyadlul Jannah di Kelurahan Ledok,
Pacet, Mojokerto, Jawa Timur menyebutkan salah satu dari ayat surat
Al-Baqarah ketika ditanya soal wakaf. Baginya, implementasi dari wakaf ini
adalah perwujudan dari adanya perintah di ayat-ayat tersebut.
“Jadi apakah itu
Alquran? Hudal lil muttaqiin.
Petunjuk bagi orang-orang yang bertakwa. Siapakah orang-orang yang muttaqun? Yaitu allaziina yu`minuuna bil ghoibi, orang yang punya komitmen. Wa yuqiimuunash sholaah, orang yang
selalu melaksanakan sesuatu sesuai dengan Standar Operasional Prosedur (SOP)-nya
dalam ubudiyah, dalam muamalah, dalam muasyarah,” ujar KH Mahfidz Syaubari.
Ayat-ayat tersebut kemudian dilanjutkan dengan
perintah untuk berinfak, (wa mimmaa rozaqnaahum yunfiquun). Bagi KH Mahfudz, berwakaf berarti
juga berinfak. Apabila wakaf ini dikelola dengan baik, KH Mahfudz yakin
bahwasanya wakaf bisa menghasilkan peradaban yang kuat.
“Dan mereka orang yang selalu berupaya untuk
bisa mengelola dari apa yang berada di sekitarnya dengan sukses, dan bisa
menjadi kecukupan dirinya sendiri, dan mereka bisa berinfak. Wakaf adalah
bagian dari berinfak ini. Maka kalau peradaban berinfak, dan sumber dari infak ini sudah mereka lakukan sesuai dengan SOP-nya, ini akan menjadi manusia
yang punya peradaban yang sangat-sangat tinggi. Maka keberadaan dari perwakafan
ini, bukan hanya sekadar untuk mendidik, tapi benar-benar untuk mendorong, bisa
membuat manusia untuk mandiri, memberi dan nyontohi,”
ungkap KH Mahfudz.
KH Mahfudz Syaubari bersama di belakangnya calon lahan yang akan digarap dengan dana wakaf. (ACTNews/Erwin Santoso)
Salah satu
manfaat wakaf yang sedang coba diimplementasikannya saat ini adalah melalui
lahan pertanian. Yayasan Penguatan Peran Pesantren Indonesia (YP3I) yang
didirikan salah satunya oleh KH Mahfudz Syaubari, bekerja sama dengan Global
Wakaf – ACT dan Gerakan Masyarakat Pesantren untuk Ketahanan Pangan Indonesia
(Gema Petani) akan menggarap 500 hektare lahan sawah dengan dana wakaf amanah
dari masyarakat.
“Berdosa rasanya
kalau kita tidak memfasilitaskan gerakan ini untuk ketahanan pangan. Maka di
antaranya adalah apa yang kita lihat semua ini adalah gerakan dan support kita
terhadap para petani. Memberi pola baru karena maaf, saat saya kecil dahulu per
hektare hanya 7-9 kuintal masih cukup saat itu. Karena pola hidupnya masih pola
hidup yang sangat sederhana. Belum ada sepatu, belum ada sandal, belum ada
handphone, belum ada laptop, belum ada tetek
mbengek,” ujar KH Mahfudz.
Sementara untuk
saat ini, hasil panen petani baru dapat dikatakan berputar bila mendapat panen
hingga belasan ton. Menurut KH Mahfudz, menjadi kewajiban bagi masyarakat untuk
menawarkan inovasi kepada para petani agar pola pertanian mereka bisa menjadi
lebih baik.
“Beberapa hari
ke depan kita akan menanam besar-besaran di Jawa Timur, kurang lebih karena
kerja sama kita dengan Global Wakaf – ACT, kita akan menanam sekitar 500
hektare,” jelas KH Mahfudz sembari menunjukkan calon lahan yang ada di Desa
Morodadi, Kecamatan Singosari, Kota Malang, pada Ahad (18/10) lalu.
Nantinya gerakan
ini tidak hanya akan mensejahterakan para petani, namun hasilnya juga akan
mensejahetrakan masyarakat sekitar. Hal ini diungkapkan oleh Ahyudin, Ketua Dewan
Pembina Aksi Cepat Tanggap sekaligus Presiden Global Islamic Philanthropy. “Lalu kemudian, kita punya program
wakaf pangan, dari sawah ini nanti padi masuk ke Lumbung Beras Wakaf. Gabah
akan digiling, yang hasilnya nanti insyaallah akan didistribusikan kepada masyarakat,
termasuk petani jika masih tidak sejahtera,” ungkapnya ditemui di tempat
yang sama.
Karena besarnya kekuatan wakaf ini, Ahyudin mengajak kepada masyarakat untuk semakin menggerakkan wakaf secara luas. “Mari gerakkan wakaf. Bebaskan kemiskinan umat. Mari kita perjuangkan kedaulatan pangan umat. Insyaallah, umat berdaulat dengan pangan, maka insyaallah umat mandiri, punya harga diri, tidak bisa didikte dan bebas dari kemiskinan,” ajak Ahyudin. []