
ACTNews, ARSAL – Ketika kita coba
mengetik kata kunci “pengungsian Arsal” di mesin pencarian gambar Google, akan
keluar foto-foto tenda pengungsian kumuh yang juga berselimut salju. Musim
dingin tiba, udara di sana bak menusuk tulang. Arsal merupakan salah satu
wilayah di Lebanon yang menjadi tempat bagi satu juta jiwa penduduk Suriah yang
mengungsi untuk menghindari konflik yang terjadi di tanah mereka sendiri.
Di Arsal, mayoritas pengungsi dari Suriah merupakan
perempuan dan anak-anak. Tenda mereka sangat sederhana, hanya berupa terpal
atau kain yang ditambal untuk mencegah udara dingin atau hujan tak telalu banyak masuk ke dalam tenda. Di Februari hingga
Maret ini, Arsal masuk musim dingin. Perjuangan tersendiri bagi para pengungsi
yang tinggal dengan keadaan serba terbatas.
Firdaus Guritno dari tim Global Humanity Response - ACT yang
ditugaskan untuk mendampingi pengungsi Suriah mengatakan, selama ini penduduk
Suriah di Arsal hanya bergantung pada bantuan kemanusiaan dari lembaga
non-pemerintah. Selain itu di sana mereka juga hidup berdampingan dengan
masyarakat prasejahtera asal Lebanon. “Di wilayah ini juga menjadi tempat
mengungsi lebih kurang 450 ribu jiwa asal Palestina yang kondisinya sama,”
katanya, Sabtu (7/3).
ACT pada musim dingin tahun 2020 ini mengirimkan
selimut bagi pengungsi Suriah di Arsal. Seribu pengungsi akan menikmati manfaat
selimut ini. Pengiriman bantuan musim dingin dilakukan pada 22 dan 24 Februari
lalu.
Firdaus menambahkan, pengungsi di Arsal tidak memiliki
sumber penghangat di tempat mereka tinggal di tenda-tenda pengungsian. Pakaian
hangat yang mereka miliki sangat terbatas, ditambah tempat tinggal mereka yang
mudah sekali dimasuki udara dingin serta salju yang tebal ketika puncak musim
melanda.
“Sebelumnya pada musim dingin tahun 2019, ACT juga sudah mengirimkan bantuan musim dingin berupa pakaian hangat serta selimut,” jelasnya.[]