
ACTNews, MAKASSAR – Pembatasan Sosial Berskala
Besar (PSBB) dan lockdown menyisakan cerita
tersendiri, salah satunya untuk pelaku usaha. Di tengah arus manusia dan
pergerakan di ruang publik yang dibatasi secara massif, pelaku Usaha Mikro
Kecil dan Menengah (UMKM) dihadapkan pada kenyataan bahwa mereka harus
membatasi kapasitas produksi atau malah merugi sama sekali.
Kompas pada bulan April lalu mencatat, tidak
kurang dari 37.000 UMKM terdampak pandemi corona. Sebanyak 87% yang terdampak
merupakan usaha level mikro. Dari data laporan tersebut, sebanyak 56% UMKM
melapor karena terjadi penurunan penjualan, 22% mengaku kesulitan permodalan,
15% melaporkan terjadi distribusi yang terhambat. Sementara 4% melaporkan
kesulitan bahan baku.
Untuk membangkitkan kembali UMKM, salah
satu upaya yang dilakukan adalah menstimulasi usaha mereka untuk tumbuh kembali
dengan skema bantuan permodalan. Merespons potensi yang menurun dari sektor
usaha mikro dan ultra mikro ini, Aksi Cepat Tanggap (ACT) meluncurkan sebuah
program pemberdayaan UMKM yang bertajuk Sahabat UMI (Sahabat Usaha Mikro Indonesia).
Bantuan permodalan ini menyasar para ibu yang jadi tulang punggung keluarga
yang usahanya terdampak pandemi Covid-19 pada Sabtu (30/5) lalu.
“UMKM adalah salah satu tiang penyangga
perekonomian negeri ini, dan pelaku di belakangnya tidak sedikit. Jika gulung
tikar, maka kelompok prasejahtera baru akan bertambah di tengah-tengah kita. Oleh
karenanya melalui program ini, kita hendak mendukung UMKM agar terus berjalan,
terutama UMKM milik para ibu,” kata Kepala Cabang ACT Sulawesi Selatan Faizal Agunisman.
Sumarni misalnya, seorang ibu tunggal yang
tinggal di Kota Makassar. Ia menghidupi tiga orang putrinya dengan berjualan
kue tradisional dan warung kelontong di dekat salah satu kampus. Sejak Covid-19
merebak, dagangannya sepi pembeli. Sebab kampus tersebut belakangan diliburkan,
sehingga mahasiswa yang biasa membeli kue setiap hari di kios kecilnya
berkurang.
Tak hanya usahanya yang terimbas, salah satu putrinya yang belum lama bekerja di salah satu pusat elektronik di Kota Makassar harus dirumahkan. Ia berkisah hanya mampu membeli beras satu liter untuk dikonsumsi selama dua hari bersama tiga putrinya.
Farida ketika menerima bantuan dari Sahabat UMI. (ACTNews)
Kisah lain datang dari Farida. Di
rumah kontrakannya di wilayah Kabupaten Gowa, Farida tinggal bersama anak
dan cucunya. Karena tinggal berjauhan dengan suaminya yang tinggal di Pulau
Jawa, ia harus sebisa mungkin bertahan hidup dengan mengandalkan keterampilannya
membuat jajanan rempeyek.
Selama pandemi ini, Farida mengaku
dagangannya sering ditolak warung-warung makan. Karena harus terus memenuhi kebutuhan keluarga, ia harus mencari warung lain. Selain keuntungannya yang tidak
seberapa, ia juga harus menunggu keuntungannya sampai berhari-hari sampai
dagangannya semua laku terjual.
Faizal turut menyelipkan harapannya atas program ini. “Dengan adanya program Sahabat UMI, diharapkan para pelaku usaha mikro bisa bangkit kembali sambil menunggu pandemi ini pergi. Kita menargetkan sebanyak mungkin pelaku usaha yang terjaring melalui program ini, namun tentu dengan seleksi berdasarkan kriteria yang ditetapkan.” tuturnya. []