
ACTNews, KUDUS – Rahyono (39)
biasanya berkeliling menjajakan kue lumpia. Bermodalkan sepeda motor yang telah
dimodifikasi dengan ditambahi kompor di bagian belakangnya, sejak tiga tahun
lalu ia menjajakan dagangan. Kebanyakan pelanggan Rahyono adalah anak-anak. Otomatis
motornya lebih sering mampir dari sekolah ke sekolah lain.
“Alhamdulillah
dari jualan ini cukup untuk kebutuhan satu bulan. Per bulannya untuk pengeluaran
keluarga itu kira-kira Rp1 juta sampai Rp1,5 juta,” ujar Rahyono ditemui Tim
Global Wakaf-ACT di tempat tinggalnya di Desa Gribig, Kecamatan Gebog, Kabupaten
Kudus pada Sabtu (3/6/2021) lalu.
Selama pandemi,
sekolah memberlakukan pembelajaran di rumah. Pelanggan Rahyono berkurang drastis
sejak saat itu, dan banyak dari kue yang kemudian tidak terjual. “Kalau tidak
terjual hari itu, jadi tidak bagus lagi kondisinya. Sebab kue lumpia ini tidak
tahan lama,” jelas Rahyono.
Jika saja
Rahyono mempunyai lemari pendingin, sebenarnya hal tersebut tidak akan terjadi.
Karenanya ke depannya, Rahyono berencana untuk membeli lemari pendingin guna
memastikan bahwa kuenya bisa tetap dalam kondisi baik sekalipun tak terjual
pada hari itu juga.
Untuk itu Global
Wakaf-ACT memberikan bantuan modal usaha kepada Rahyono melalui program Wakaf UMKM.
Hadirnya program ini diharapkan dapat membantu mendorong usaha Rahyono yang
saat ini terkendala oleh peralatan. “Semoga dengan modal pinjaman ini saya bisa
membeli alat pendingin, agar tetap untung di saat pandemi,” harap Rahyono.
Selain Rahyono,
ada tiga orang lainnya yang menerima bantuan Wakaf UMKM pada hari itu. Program
ini merupakan penggerak dari gerakan Bersama Angkat UMKM Indonesia yang
diharapkan dapat kembali menegakkan kembali UMKM sebagai tulang punggung
ekonomi bangsa. []