
ACTNews, JAKARTA – Sektor pertanian salah
satunya yang memiliki daya tahan yang cukup kuat saat pandemi. Di saat sektor
lain banyak yang tumbang, pertanian adalah satu dari 7 sektor yang masih
mengalami pertumbuhan positif selama tahun 2020 yakni sebesar 1,75%. Data ini
diungkap dalam diskusi publik berjudul ‘Daya Tahan Sektor Pertanian: Realita
Atau Fatamorgana?’ yang diselenggarakan oleh Institute For Development of Economics and Finance (INDEF).
“Tentu saja ini menggembirakan, meskipun dengan catatan pertumbuhan ini
agak melambat dibandingkan 2019. Tetapi bagaimanapun harus tetap kita syukuri,
tidak terbayangkan kalau sektor pertanian ini mengalami kontraksi, maka
pertumbuhan Indonesia akan mengalami kontraksi yang sangat dalam karena
besarnya kontribusi sektor pertanian terhadap ekonomi,” ujar Kepala Badan Pusat
Statistik (BPS) Kecuk Suhariyanto pada Rabu (17/2/2021) ini.
Tak hanya pertumbuhan, performa ekspor
sektor pertanian juga meningkat hingga 14,03%. Jika dibandingkan dengan krisis
moneter pada tahun 1998 pun, sektor pertanian masih menjadi penopang ekonomi
Indonesia. Oleh karenanya Kecuk berpendapat bahwa perlu adanya perhatian lebih
terhadap sektor ini terutama dengan memerhatikan kesejahteraan pelakunya.
Namun kendala sektor pertanian salah
satunya ada di Sumber Daya Manusia (SDM). Contohnya karena pengangguran meningkat
di kota dan kembali ke desa untuk bertani selama pandemi. Angka petani yang tak
sebanding dengan PDB menambah berat produksi sektor ini.
Seorang petani di Cibadak, Bogor, sedang membajak petak sawah milik keluarganya. Menjadi buruh bajak sawah dilakukannya untuk menambah pendapatan. (ACTNews/Eko Ramdani)
“Di sisi lain SDM di pertanian kurang
menguntungkan, karena mayoritas didominasi oleh mereka yang berpendidikan
rendah. Dilihat dari sisi umur, juga banyak sekali tenaga-tenaga berumur yang
sudah tidak produktif, yang bekerja di
sektor pertanian. Sehingga ke depan kita perlu mencari cara bagaimana generasi
muda masuk ke sektor pertanian,” jabar Kecuk.
Sejalan juga dengan Charles Meikyansyah
dari Komisi IV DPR RI yang memaparkan sejumlah data bahwa saat ini ada krisis
regenerasi dalam sektor pertanian. Hal ini diduga karena semakin terkikisnya
citra bahwa menjadi petani dapat sejahtera.
“Penting kita melakukan gerakan perubahan
untuk terus memperbaiki sektor pertanian. Salah satu tolok ukurnya adalah
semakin meningkatnya kesejahteraan petani dan nilai tambah yang tercipta dari
sektor pertanian,” ujar Charles.
Merujuk data dari BPS tahun 2018, Charles
mengungkapkan juga bahwa sebagian besar para petani di Indonesia masih
mengalami keterbatasan lahan. Sebanyak 16,2 juta petani hanya memiliki lahan
kurang dari 0,5 hektare. Data ini penting bagi pengembangan kebijakan ke
depannya. “Agar dengan jumlah lahan yang semakin sedikit, tetap optimal. Karena
itu sangat penting inovasi di sektor pertanian harus kita mulai sejak saat ini,”
jelasnya.
Saat ini banyak juga inovasi 4.0 dalam
pertanian, salah satunya digagas oleh Institut Pertanian Indonesia (IPB). Prof.
Dr. Arif Satria selaku Rektor dari IPB mengharapkan inovasi-inovasi ini dapat membuat
optimisme untuk masa depan pertanian di Indonesia.
“Perlu ada business matching antara apa yang dihasilkan di perguruan tinggi
dengan market. Semoga inovasi-inovasi
yang kita hasilkan sangat bermanfaat untuk BPS, untuk kementrian, dan juga buat
petani dan dunia usaha. Yang penting kami memiliki concern bahwa inovasi-inovasi ini memiliki daya manfaat yang besar
untuk pertanian Indonesia,” harap Arif.
Ikhtiar-iktiar ini jugalah yang telah
dimulai oleh Global Wakaf – ACT. Melalui program Wakaf Modal Usaha Petani
serta Masyarakat Produsen Pangan Indonesia, Global Wakaf – ACT terus memberikan
dukungan terbaiknya kepada para petani.
“Lalu kita punya program wakaf pangan,
dari sawah ini nanti padi masuk ke Lumbung Beras Wakaf. Gabah akan digiling,
yang hasilnya insyaallah akan didistribusikan kepada masyarakat, termasuk
petani jika masih tidak sejahtera,” ungkapnya Ahyudin pada pertengahan
Oktober 2020 lalu.
Karena besarnya kekuatan wakaf ini, Ahyudin mengajak masyarakat untuk semakin menggerakkan wakaf secara luas. “Mari gerakkan wakaf, bebaskan kemiskinan umat. Mari kita perjuangkan kedaulatan pangan umat. Insyaallah, umat berdaulat dengan pangan. Maka insyaallah umat mandiri, punya harga diri, tidak bisa didikte dan bebas dari kemiskinan,” ajak Ahyudin. []