
ACTNews, DELI SERDANG – Di tengah persiapan syukuran kurban, Mohammad Abdul Azis Mangat
Tarigan memantik perhatian. Warga mengelilinginya di tengah Masjid Nurul Yaqin.
Di depannya seorang ustaz yang siap memandu untuk mengucap ikrar syahadat.
Tangan Mangat agak menggigil dan suaranya gemetar, seperti sedang kedinginan.
Tetapi raut semringah tergambar dari wajahnya.
Saat hendak mengucap syahadat, laki-laki
kisaran 50 tahun ini beberapa kali mengusap wajahnya karena air mata yang turun.
Namun pada akhirnya, syahadatnya lancar. Seketika setelah syahadat selesai, banyak warga memeluknya, menyambut saudara seiman mereka yang baru saja hijrah.
“Pak Mangat nanti
jangan malu-malu. Kalau misalnya bingung persoalan agama, kita belajar
sama-sama,” ajak Ulil Albab Habibullah Lubis (28), atau akrab disapa Ustaz
Habib oleh warga setempat.
Membimbing para mualaf bukan perkara baru lagi buat Ustaz Habib. Sejak datang ke Kampung Lau Gedang, Dusun 11 Sembekan Dua, Desa Suka Makmur, Kutalimbaru, Deli Serdang sekitar 3 tahun lalu, ia bertekad untuk terus menyalakan cahaya Islam di sana. Memang Masjid Nurul Yaqin sudah ada sejak sebelum ia datang, namun aktivitasnya belum hidup.
“Waktu pertama
saya datang, mohon maaf, jarang terdengar azan di kampung ini. Sekitar tahun
2017, masih 20 kepala keluarga yang memeluk Islam dari sekitar 75 kepala
keluarga yang ada,” cerita Ustaz Habib pada Ahad (2/8) itu.
Ustaz Habib bersama santri-santrinya. (ACTNews/Reza Mardhani)
Mengabdi untuk
Kampung Lau Gedang bagi Ustaz Habib berarti meninggalkan zona nyaman. Lulusan
sarjana ekonomi ini meninggalkan karirnya di bidang keuangan karena
terinspirasi dari adik-adik kelasnya di pondok pesantrennya dahulu yang
berhasil mendakwahkan Islam di daerah-daerah pelosok. Keinginan itu sampai
ketika almamaternya mendukung dia untuk berdakwah di Kampung Lau Gedang.
Menggunakan motor bebek, saat itu hampir setiap hari ia berjalan dari tempat ia bermukim di Pondok Pesantren Al-Purbanta Hidayatullah Berastagi, menuju Kampung Lau Gedang untuk berdakwah. Menuruni lereng perbukitan sekitar 7 kilometer, jatuh dari motor merupakan hal biasa untuk Ustaz habib karena kondisi jalanan yang cukup parah di Kampung Lau Gedang.
“Motor saya
hampir setiap minggu saat itu masuk bengkel. Jatuh dari motor juga sudah
sering, bahkan jadi makanan sehari-hari. Dahulu itu, istri saya bahkan sering
menangis karena bolak-balik lewat jalanan yang seperti ini,” kenangnya sambil
tertawa.
Tetapi dengan
kerja keras, ia bertahan di Kampung Lau Gedang. Sekitar 3 tahun berdakwah, saat
ini sudah 45 kepala keluarga yang memeluk agama Islam. Kegiatan Masjid Nurul
Yaqin yang sebelumnya minim, kini hidup kembali.
“Masjid ini
sudah ada semenjak dahulu, cuma tidak ada penghulunya di awal-awal, jadi belum
hidup. Sekarang-sekarang ini, alhamdulillah, kegiatan masjid jadi hidup lagi.
Acara-acara agama juga jadi ada sedikit-sedikit, termasuk acara kurban seperti
hari ini,” kata Baginda Batubara (39), salah satu warga Kampung Lau Gedang.
Warga juga
menerima Ustaz Habib karena ia memperlihatkan wajah Islam yang sesungguhnya,
lembut dan membawa rahmat di sekitarnya. Muslim maupun nonmuslim mengenal Ustaz
Habib sama baiknya di kampung ini.
“Banyak dari
mereka yang tertarik dengan Islam karena melihat umat muslim ini kok
pembawaannya tenang. Karena yang penting kita berbuat baik tidak pandang
agamanya apa. Seperti kurban kita sekarang ini, padahal orang-orang yang kita
berikan daging ada yang tidak merayakan tapi kita kasih juga,” jelas Ustaz
Habib.
Lebih jauh lagi,
Ustaz Habib belakangan telah membangun Rumah Qur’an Karo yang juga berfungsi
sebagai pondok pesantren putra di Kampung Lau Gedang. Puluhan anak di pesantren
itu kini bisa mengakses pendidikan agama secara cuma-cuma dan diasuh oleh kawan Ustaz Habib semasa masih
mondok dahulu.
Anak-anak yang mengaji selepas salat di Pondok Pesantren Hidayatullah Berastagi. (ACTNews/Reza Mardhani)
“Harapan kami
semoga dari tempat yang namanya Lau Gedang atau Sembekan Dua, lahir para
pemimpin-pemimpin yang membuat perubahan. Sebab pemimpin itu lahir bukan dari
tempat yang nyaman. Tapi para pemimpin besar itu lahir dari semua keterbatasan,”
kata Ustaz Habib. Saat ini perkembangannya pun cukup luar biasa. Anak-anak yang
tadinya buta huruf latin dan hijaiah kini hampir semuanya bisa membaca dan
telah menghafal Alquran juz 30.
Tim Aksi Cepat
Tanggap (ACT) Sumatra Utara sempat memberikan penyemangat untuk para santri dan
mualaf untuk terus belajar dengan memberikan bantuan pangan pada bulan Januari
2020 lalu. Selanjutnya selain membersamai para mualaf dan santri, tim juga
berencana mengapresiasi perjuangan Ustaz Habib melalui program Sahabat Guru Indonesia.
“Rencananya apresiasi
akan kita berikan kepada Ustaz Habib melalui program Sahabat Guru Indonesia. Mudah-mudahan
ke depannya rencana ini dapat terealisasi sehingga dapat menjadi penyemangat
Ustaz Habib dalam membimbing warga serta para mualaf,” kata Sakti Wibowo dari
Tim Program ACT Sumatra Utara.
Ustaz Habib pun senang melihat perkembangan warga selama ini. Ia berterima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantunya dalam menyiarkan Islam ke Kampung Lau Gedang. “Alhamdulillah, saya rasa kalau tidak ada uluran tangan kita semua, dakwah yang ada di Tanah Karo ini tidak ada apa-apanya. Makanya butuh kerja sama, dan butuh uluran tangan kita semua,” harap Ustaz Habib. []