
ACTNews, JAKARTA – Awal tahun 2021 diwarnai dengan
terjadinya musibah yang menimpa Indonesia secara silih berganti, mulai dari
peristiwa jatuhnya pesawat, tanah longsor, banjir, erupsi gunung berapi, hingga
gempa bumi. Belum lagi pandemi Covid-19 yang belum usai hingga kini. Rentetan
bencana yang bertubi-tubi seolah terjadi tanpa henti. Dalam situasi penuh ujian
ini, Aksi Cepat Tanggap (ACT) bergerak untuk menjaga semangat bangsa ini untuk tetap
saling membantu dan saling peduli melalui Gerakan Bergerak Bersama Selamatkan
Bangsa.
Bertempat di
studio ACT TV di Cilandak, Jakarta Selatan, ACT mengadakan acara Muhasabah Akbar:
Bergerak Bersama Selamatkan Bangsa pada Sabtu (23/01/2021) pukul 19:30 WIB.
Acara yang disiarkan melalui beberapa platform
online ini dihadiri oleh dai lintas negara Habib Ali Zainal Abidin Al-Kaff,
dai nasional ustaz Hilman Fauzi, serta penyanyi senandung selawat asal Mesir
Mostafa Atef melalui sambungan daring. Acara ini dipandu oleh Arie K.
Untung.
Dalam kesempatan
tersebut, N. Imam Akbari selaku Senior Vice President ACT menyatakan bahwa
rangkaian bencana yang terjadi seharusnya tidak hanya menggugah hati kita,
namun juga menyentuh relung terdalam jiwa kita untuk menggali apa yang bisa
kita pelajari dari peristiwa-peristiwa ini.
“Kalau satu
gempa saja sudah membuat Rasulullah SAW dan dua khalifah Umar, yaitu Umar bin
Khattab dan Umar bin Abdul Aziz, mengingatkan umat dan menyurati para
gubernurnya, menanyakan apa yang tengah terjadi. Ketika ada satu gempa,
sesungguhnya ada sejuta makna yang harus bisa kita ambil. Maka ketika ada 54
gempa dalam 21 hari, sebagaimana keterangan BMKG menyebutnya sebagai sebuah
anomali, maka bagaimana kita belajar dari peristiwa ini,” papar Imam.
Salah satu pelajaran yang bisa kita ambil
adalah bagaimana kita bisa semakin peka dan ingat kepada Allah, sebagaimana
dijelaskan oleh Ustaz Hilman Fauzi dalam ceramahnya. Seseorang yang ketika
ditimpa musibah menyerahkan segalanya kepada Allah, maka Allah akan tunjukkan
kepadanya hikmah dari musibah tersebut.
“Hikmah pertama
ketika hidup kita disapa oleh musibah adalah bahwa kita sedang diingatkan untuk
semakin dekat dan taat kepada Allah. Boleh jadi selama ini banyak dosa dan
maksiat yang kita lakukan yang tanpa sadar mungkin menjadi penyebab bencana
yang itu semua diizinkan oleh Allah untuk hadir agar kita memperbaiki diri kita
dihadapan Allah,” jelas ustaz Hilman.
Senada dengan
apa yang disampaikan oleh ustaz Hilman Fauzi, Habib Ali Zainal Abidin Al-Kaff
menegaskan bahwa Allah tidak akan memberikan musibah melainkan akan diiringi
dengan kasih sayangNya.
“Kalau saya melihat bahwa sesungguhnya Allah
ketika memberikan musibah kepada seorang hamba, Allah ingin menunjukkan bahwa
Allah masih sayang kepada hamba tersebut. Orang yang meninggal karena banjir,
gempa bumi, kalau dia meninggal, maka dia mati syahid. Andai dia tidak
meninggal seperti itu mungkin dia mati dalam keadaan maksiat. Orang yang masih
hidup, seakan-akan Allah katakan kepadanya, ‘Wahai hambaKu, Aku sudah berikan
peringatan kepadamu, aku ingatkan kepadamu, ke mana saja dirimu? Selama ini ke
mana saja dirimu tidak pernah memanggil namaKu, tidak pernah bermunajat
kepadaKu?’” jelas dai kelahiran Palembang ini.
Meringankan dampak bencana dengan kepedulian
Salah satu poin penting yang disampaikan ustaz
Hilman Fauzi adalah, bagi orang yang tidak terdampak musibah secara langsung,
maka mereka juga sedang diuji oleh Allah seberapa besar kepekaan dan kepedulian
untuk membantu saudara kita yang terkena musibah.
“Jangan sampai
kita menyaksikan banyak bencana di mana-mana namun kita hanya diam saja. Kita
sibuk dengan media sosial kita, dan hanya membaca tanpa ada satu pun gerakan
dari kita,” kata ustaz Hilman memperingatkan.
Wujud kepedulian
ini turut dilakukan oleh Mustafa Atef dengan mengajak seluruh peminatnya baik di
Indonesia maupun di luar negeri untuk turut serta berkontribusi dalam upaya
membantu para penyintas bencana alam yang mendera Indonesia.
“Muslim satu dan
Muslim lainnya seperti satu jasad. Allah tahu betapa saya sangat mencintai
Indonesia dan rakyatnya. Saya merasa di rumah sendiri setiap ke Indonesia. Semoga
Allah memberkahi negeri tersebut,” kata pelantun selawat lulusan universitas
Al-Azhar Mesir tersebut.
Semangat
kepedulian pula yang menggerakkan ACT untuk kembali mengirim bantuan kepada para
penyintas bencana alam di Sulawesi Barat dan Kalimantan Selatan melalui program
Kapal Kemanusiaan untuk Sulawesi Barat dan Kapal Kemanusiaan untuk Kalimantan
Selatan. Insya Allah, kapal-kapal ini akan berlayar membawa amanah dari para
dermawan untuk saudara-saudara kita yang terkena musibah.
“Saudara kita
dari berbagai lokasi bencana hari ini menunggu uluran tangan kita, apa hal yang
bisa kita lakukan terbaik, bagaimana agar Kapal Kemanusiaan bisa berlayar pada
hari Rabu tanggal 27 Januari dan bisa menyambangi saudara-saudara kita dengan
bahan pangan, sandang, dan kebutuhan medis yang dibutuhkan hari ini,” pungkas
Imam. []