
ACTNews, PEKALONGAN – Sejak Covid-19
mewabah di Indonesia, setiap harinya Budi, pengemudi ojek di Pekalongan,
membawa pulang uang dengan jumlah yang tak menentu. Jumlahnya hanya puluhan
ribu rupiah. Dengan uang yang diterima, Budi harus menghidupi keluarga.
Uang
hasil Budi mengojek sebelum pandemi sebenarnya cukup untuk memenuhi kebutuhan
keluarga. Sayang, hampir dua tahun ini pendapatannya turun drastis. “Kadang sehari
dapat 50 ribu, paling banyak 100 ribu, tidak pasti, selama pandemi pendapatan
menurun banget. Malah kadang sehari enggak makan karena mikirin keluarga,” kata
Budi saat ditemui tim Aksi Cepat Tanggap (ACT) Pekalongan, Jumat (18/6/2021).
Seperti
Budi, para pekerja harian lain di Pekalongan
juga merasakan hal yang sama. Sugeng misalnya. Pengemudi becak ini
selama pandemi bahkan hanya bisa mengangkut penumpang 1 sampai 2 orang saja.
Dalam sekali antar penumpang, ia hanya dibayar Rp15 ribu.
Pendapatan yang menurun dampak pandemi tak hanya
dirasakan oleh pekerja di sektor transportasi saja. Beberapa pedagang keliling
yang tim ACT temui di Pekalongan juga mengaku hasil dagangannya berkurang
drastis sejak virus mematikan ini masuk ke Indonesia. Sayang, para pekerja
harian ini tetap bertahan dengan profesinya karena tak memiliki pilihan
pekerjaan lain.
Operasi Makan Gratis
Melihat ujian yang tengah dirasakan pekerja harian di
Pekalongan, ACT menghadirkan bantuan pangan lewat program Operasi Makan Gratis,
Jumat (18/6/2021). Berkolaborasi dengan Kitabisa.com,
seratus porsi makanan siap santap dibagikan bagi pengemudi ojek, pengayuh
becak, pedagang kaki lima hingga petugas parkir.
Adit dari tim Program ACT Pekalongan mengatakan,
Operasi Makan Gratis merupakan ikhtiar ACT mengurangi beban pengeluaran
masyarakat untuk makan. Sehingga, dananya bisa dialokasikan untuk kebutuhan
lain yang lebih mendesak.
“Kami mengucapkan terima kasih kepada orang baik dan
relawan MRI yang mendukung berjalannya program ini,” ungkap Adit.[]