
ACTNews, MADIUN – Menjelang dua
tahun pandemi, kehidupan masyarakat Indonesia sangat terdampak. Hal ini lah
yang Aksi Cepat Tanggap (ACT) temukan sejak pertama kali virus mematikan ini
resmi masuk ke Indonesia 2020 silam. Tak hanya dalam bidang kesehatan, virus
juga menjangkiti nyaris semua sendi kehidupan, termasuk pendidikan hingga ekonomi.
Jumadi (72)
misalnya. Penjual kemoceng di Jalan Jawa, Kota Madiun ini mengaku pendapatannya
terus merosot. Tak pandemi pun keuangannya kacau, apalagi saat pandemi yang memaksa
semua kegiatan dibatasi.
“Sebelum pandemi
saja sudah sepi banget (pembeli), apalagi sekarang, tambah enggak ada yang
beli,” kata Jumadi di awal Agustus ini.
Senada dengan
Jumadi, kondisi yang menghimpit sejak pandemi juga dirasakan Subroto (70).
Lansia yang sebelumnya berjualan es tebu ini sekarang harus menjadi badut di
sekitaran persimpangan Jalan MT Haryono, Kota Madiun. Pekerjaan yang saat ini Subroto
lakoni dimulai sejak ia menjual gerobak es tebu untuk mengobati istrinya yang sakit.
Pasca sang istri wafat, kesulitan dampak pandemi menyambut, membuat dirinya
harus menjadi badut di jalan walau usai telah senja.
“Mau gimana lagi
daripada tidak ada penghasilan,” cerita pria yang
saat ini tinggal menumpang di teras rumah tetangga.
Kisah perjuangan Jumadi dan Subroto merupakan bagian kecil dari besarnya dampak pandemi pada ekonomi pekerja harian. Tak hanya di Madiun, ACT juga menemukan hal serupa di berbagai daerah.[]
Subroto atau yang sering dipanggil Mbah Badit saat menerima Operasi Pangan Gratis. Saat ini, Subroto berkeinginan memiliki usaha lagi untuk memperbaiki kondisi ekonominya. (ACTNews)