
ACTNews, PASAMAN BARAT – Memasuki
bulan Ramadan, penyintas gempa Pasaman Barat masih bertahan di tenda pengungsian.
Mereka menjalani aktivitas sehari-hari dengan keadaan seadanya, dan beberapa
kegiatan juga terpaksa terkendala.
Seperti pada
Ramadan sebelumnya anak-anak selalu mengikuti pesantren Ramadan. Namun pada
tahun ini kegiatan tersebut tidak dapat terlaksana lantaran kondisi bangunan
sekolah mengalami retak.
Sebagai ganti
pesantren Ramadan, Tim Aksi Cepat Tanggap (ACT) bersama Masyarakat Relawan Indonesia
(MRI) Pasaman Barat berinisiatif mengajak pemuda sekitar untuk membimbing
anak-anak belajar bersama sebagai ganti dari pesantren Ramadan. Kegiatan ini
dilakukan di Pengungsian Timbo Abu Ateh, Nagari Kajai, Kecamatan Talamau,
Kabupaten Pasaman Barat.
Pada tahun ini, kegiatan pesantren Ramadan sebetulnya terkendala oleh bangunan sekolah yang mengalami retak. (ACTNews/Suci Lestari)
“Ada sekitar 30
anak yang bersemangat mengikuti kegiatan ini. Aktivitas yang kami lakukan beragam,
di antaranya mengaji, mewarnai, menggambar, dan kegiatan yang memicu
kreatifitas anak lain. Tim relawan yang tergabung sebelumnya adalah seorang
guru di sekolah alam, hal ini mempermudah tim dalam menyusun agenda bersama
anak-anak,” ungkap Ahmad Diar sebagai Kepala Cabang ACT Pasaman Barat pada Ahad
(10/4/2022).
Kegiatan ini
hanya dapat dilakukan di pagi dan sore hari, karena siang hari hawa panas cukup
tinggi di dalam tenda. Hal ini disebabkan tenda tempat mereka berteduh hanya berbahan
dasar terpal.
Sampai kini,
masih ada sekitar 40 tenda yang berdiri di wilayah Timbo Abu Ateh. Sekitar 250
jiwa mengungsi di wilayah yang sulit akses dan dekat dengan kaki gunung ini. Karena
itu, Diar mengajak para dermawan untuk membersamai mereka.
“Ramadan ini mungkin jadi Ramadan yang cukup sulit bagi para penyintas. Sebab itu kami mengajak para dermawan untuk turut membersamai Ramadan mereka, dalam bentuk Iftar maupun sahur melalui Indonesia Dermawan. Semoga kondisi bisa cepat pulih, dan kembali seperti sediakala,” kata Diar. []