
ACTNews, TEPI BARAT – Ribuan penduduk Palestina
ditahan oleh Zionis Israel tanpa dakwaan atau pengadilan. Dilansir dari laman www.addameer.org, tanggal 17 April 2022,
ada 4.450 orang Palestina dirampas kebebasannya dengan cara dipenjara. Dari
jumlah tersebut, di antaranya ada perempuan serta anak-anak.
Jumlah penduduk Palestina yang ditangkap
oleh Zionis Israel pun meningkat sejak Maret dan bulan suci Ramadan dengan
puncaknya di tanggal 15 April lalu. Penangkapan penduduk Palestina dalam jumlah
banyak salah satunya terjadi di Masjid Al-Aqsa saat menjalankan sholat subuh.
Zionis Israel juga menangkap penduduk Palestina yang membela tanah air
Palestina.
Penyiksaan di penjara
Dalam beberapa tahun terakhir, tahanan
Palestina yang dipenjarakan Israel telah meluncurkan protes untuk menuntut
kondisi yang lebih baik. Mereka mengeluhkan berbagai tindakan sipir Zionis
Israel karena melanggar hukum.
Berdasarkan data dari kelompok hak asasi
tahanan Palestina yang diwartakan www.addameer.org,
para tahanan Palestina sangat menderita saat di penjara oleh Zionis Israel. Ada
lebih dari 600 tahanan yang saat ini tengah sakit, sementara 200 di antaranya
telah didiagnosis menderita penyakit kronis namun tak pernah mendapat
penanganan medis.
Akibat tak pernah mendapatkan bantuan
medis, jumlah tahanan Palestina yang meninggal karena sakit pun sangat tinggi.
Setidaknya 227 tahanan Palestina dinyatakan syahid karena kelalaian medis yang
disengaja oleh sipir Israel. Selain kelalaian medis, kelompok tersebut juga
melaporkan adanya sejumlah pelanggaran hak asasi manusia ke para tahanan.
Salah satu pelanggaran HAM tersebut ialah
penggunaan ruang isolasi yang semena-mena. Kelompok tersebut menyatakan bahwa
kebijakan kurungan isolasi adalah salah satu praktik paling berbahaya yang
bertujuan untuk menghancurkan mental para tahanan. Sebab, mereka akan ditahan
di sel yang tidak memiliki celah, minim diberi minuman, dicegah dari kunjungan
keluarga, dan dilucuti semua barang miliknya.
Keberlangsungan hidup warga Palestina yang
ditahan Israel pun turut menjadi kritikan oleh sejumlah pihak. Palestinian
Prisoner Society (PPS) menyatakan, banyak kasus di mana warga Palestina yang
ditahan, dibiarkan kelaparan dengan tidak diberi jatah makan berhari-hari.
Kasus kekerasan dan pelanggaran privasi
para tahanan pun sempat menjadi sorotan media-media internasional. Para tahanan
wanita juga kerap tidak mendapat ruangan tertutup untuk berganti pakaian.
Selain itu, otoritas penjara Israel juga kerap melanggar aturan administratif
dengan tidak mengizinkan warga Palestina yang ditahan untuk dibesuk.[]