
ACTNews, MALUKU TENGAH – Pascagempa magnitudo
6,1 yang mengguncang Maluku Tengah pada Rabu (16/6/2021) lalu membuat para
korban terdampak hingga kini masih takut kembali ke rumahnya. Seperti di
Kecamatan Tehoru, warga memilih bertahan di pengungsian walau kondisinya
memprihatinkan. Mereka tinggal di perkebunan yang ada di daratan yang lebih
tinggi dengan tenda terpal dan alas tipis, sehingga udara dingin tak terelakkan
tiap kali malam atau hujan datang.
Bertahannya
warga di pengungsian bukan tanpa alasan. Mereka masih takut jika sewaktu-waktu
gempa susulan datang dengan kekuatan lebih besar. Apalagi, gempa pada Rabu lalu
sempat diiringi dengan naiknya air laut.
Berdasarkan
pengamatan tim relawan Masyarakat Relawan Indonesia dan Aksi Cepat Tanggap di
lokasi terdampak gempa di Tehoru, banyak juga rumah yang mengalami kerusakan.
Rumah milik Hamdan misalnya. Warga Desa Haya ini mengatakan belum kembali ke
rumah selain karena rasa takut, juga tempat tinggalnya mengalami kerusakan.
“Rumah
rusak, jadi belum bisa kembali, masih ada gempa susulan juga. Kalau sudah
merasa aman, katong baru kembali ke kampung,” ungkap Hamdan saat ditemui tim
ACT di pengungsian Gunung Hahan, Desa Haya, Jumat (18/6/2021).
Saat
ini Hamdan dan keluarganya masih bertahan di pengungsian. Mereka tinggal di
dalam satu tenda yang diisi banyak keluarga, bahkan ada yang ditinggali oleh
lebih dari 20 keluarga. Tenda yang digunakan pun tak sepenuhnya layak. Terpal
yang menjadi bahan utama sudah banyak sobekan sehingga dengan mudah udara
dingin atau hujan masuk ke dalam tenda. Belum lagi terbatasnya bahan pangan,
sehingga pengungsi hanya bisa mengonsumsi makanan yang ada seperti mi instan.
Selain itu, pelayanan kesehatan juga diperlukan, karena dikhawatirkan kondisi
darurat bisa membuat pengungsi terserang penyakit, khususnya anak-anak.
Kini,
tambah Hamdan, keperluan yang sangat mendesak ialah tenda yang lebih layak,
selimut, tikar atau alas lain, serta bahan pangan. Semua itu mendesak dipenuhi
karena warga belum tahu kapan akan kembali ke tempat tinggalnya karena masih
khawatir bencana susulan yang lebih besar.
“Ada ribuan warga yang mengungsi ke gunung-gunung
untuk menyelamatkan diri karena ada isu akan datang tsunami, rumah-rumah juga
rusak,” tambah Hamdan.
Respons ACT
Sejak hari kejadian, tim relawan MRI-ACT bergegas
menuju lokasi terdampak bencana. Asesmen awal serta distribusi bantuan yang
paling mendesak dilakukan. Sahri Mewar dari tim Program ACT Maluku mengatakan, bantuan
kemanusiaan lain akan menyusul untuk membantu pengungsi.
“Relawan MRI dan tim ACT saat ini sudah bersiaga di
lokasi terdampak bencana, mereka siap membantu warga terdampak dan
mendistribusikan bantuan kemanusiaan,” jelasnya, Ahad (20/6/2021).[]