
ACTNews, KABUPATEN SERANG – Lima tahun
belakangan, usaha warung kopi dan makanan yang menjadi andalan Habibi (46)
untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Usaha yang sering buka dalam 24 jam tersebut terbilang
berjalan cukup lancar, sehingga terus berkembang.
Tetapi beberapa
waktu belakangan, perjuangan Habibi mesti terkendala oleh sakit yang diderita.
Ia sering merasakan sakit pada bagian kepada serta dada. Sejak saat itu, tiada
hari dilewati Habibi tanpa pusing dan muntah, bahkan hingga pingsan.
“Pernah berobat
ke berbagai dokter, namun belum juga sembuh sampai sekarang,” ungkap Habibi
ditemui di rumahnya di kawasan Desa Kebuyutan, Kecamatan Tirtayasa, Kabupaten
Serang pada pertengahan Mei lalu.
Karena terus
menjalani pengobatan, banyak kebutuhan Habibi yang sulit terpenuhi. Ia mulai
menjual barang-barang yang dimiliki, sebut saja TV dan kulkas. Untuk tambahan
penghasilan, ia menjajal pekerjaan lain selain berdagang.
“Terkadang cari daun pisang untuk dijual ke
warga yang mau bikin kue, atau ngumpulin
kawat tembaga terus dijual ke tengkulak rongsokan,” cerita Habibi. Tak banyak
yang bisa dikerjakan Habibi saat ini. Bahkan suatu kali ia mendapatkan tawaran
untuk memproduksi parsel dari tetangganya, tetapi terpaksa ditolak karena
terbatas oleh kondisi kesehatan.
Tetapi Habibi
bukan orang yang pantang menyerah. Ia tetap tegar dan optimis menjalani hidup. Pantang
Habibi meminta atau mengemis kepada orang lain, sebab itu ia terus
memperjuangkan usaha warung yang bagi dia merupakan sumber nafkah saat ini.
Agar usaha yang
dijalani Habibi dapat terus berkembang, Global Wakaf-ACT memberikan dia bantuan
melalui program Wakaf UMKM. Diharapkan dengan berkembangnya usaha Habibi, ia
bisa memenuhi kebutuhan sehari-hari dan juga terus menjalani pengobatannya saat
ini. []