
ACTNews, BATANG – Pada Desember 2018, Ilham (19) harus tegar menerima vonis kanker tulang atau osteosarcoma
di bagian kaki kanannya. Kanker itu telah mencapai stadium 4 yang memaksanya
tak lagi bisa beraktivitas normal, termasuk sekolah. Semakin hari, kaki kanan
Ilham semakin besar.
Pemeriksaan
awal dilakukan Ilham bersama keluarganya di Rumah Sakit Umum Daerah Kalisari,
Batang, Jawa Tengah. Di sanalah Ilham diberitahukan penyakit yang sedang
dialaminya. Dokter menyarankan untuk Ilham dirujuk ke RSUD Moewardi Surakarta
untuk mendapatkan perawatan medis lebih baik. Ia menjalani perawatan setengah
tahun, atau hingga Juli 2019.
Ayah
Ilham, Mushibin, mengatakan, anaknya telah menjalani pengobatan di rumah sakit,
termasuk kemoterapi. Pengobatan ini dilakukan demi kesembuhan anaknya yang
sedang mengalami kanker stadium 4. “Sudah empat kali Ilham menjalani
kemoterapi, tapi belum ada perubahan yang signifikan,” ungkap Mushibin, Selasa
(15/10).
Ibunda
Ilham, Maryatun, menuturkan, gejala awal yang dirasakan anaknya ialah rasa
sakit dan nyeri di bagian lutut kanannya. Keluhan awal diungkapkan anaknya
ketika melakukan pendakian ke Gunung Slamet pada 2018 silam. “Perkiraan awal
hanya kelelahan, jadi hanya dipijat saja. Tapi sakit yang tak kunjung hilang
membuat pemeriksaan dokter harus dilakukan, vonisnya kanker tulang stadium 4,”
jelasnya.
Kanker yang terlanjur parah memaksa Ilham pada 23 September 2019 lalu melakukan amputasi terhadap kaki kanannya. Operasi dilakukan di RS Soeharso Solo dengan biaya dari jaminan kesehatan pemerintah. Pascaoperasi Ilham dirujuk ke RSUP Karyadi Semarang untuk mendapatkan perawatan lanjutan hingga hari ini.
Ilham yang sedang mengalami perawatan di salah satu RS di Semarang.
Kondisi
Ilham saat ini masih terbaring lemah di kamar perawatan. Bagian tubuh kanannya juga ikut mengalami pembengkakan. Dokter mengatakan, kanker dari kaki
kanannya telah menjelar ke tubuh bagian atas hingga menyerang paru-paru dan
lainnya.
Melihat
kondisi kesehatan anaknya, kedua orang tua Ilham tak kenal lelah terus
menemani di rumah sakit. Walau begitu, pembiayaan pengobatan Ilham hanya
bergantung pada jaminan kesehatan. Sedangkan untuk biaya transportasi serta
biaya hidup, mereka harus cari sendiri. Pendapatan Mushibin yang tak menentu
dari profesinya sebagai tukang ojek, serta Maryatun sebagai buruh tani menjadi
modal mereka untuk terus bertahan memberikan perhatian terbaik pada anak
satu-satunya ini.
Mengetahui kabar tentang Ilham, Aksi Cepat Tanggap (ACT) melalui program Mobile Social Rescue melakukan pendampingan kepada Ilham dan keluarganya. Hamas Rausyanfikr dari Tim Program ACT Jateng mengatakan, pendampingan oleh tim ACT telah dilakukan sejak 5 September 2019 lalu hingga hari ini. “Kami sedang melakukan penggalangan donasi untuk membantu pengobatan Ilham melalui Kitabisa,” ungkapnya, Rabu (16/10).
Dalam 29
hari ke depan, penggalangan dana dilakukan melalui
https://kitabisa.com/campaign/obatikankerilham.
Nantinya donasi yang terkumpul akan disalurkan untuk membantu kesembuhan serta
pendampingan keluarga Ilham.[]