
ACTNews, MAMUJU, MAJENE –
Sepekan lebih para penyintas gempa Sulbar bertahan di pengungsian. Sebagian sudah ada berani kembali ke rumah, akan tetapi bukan berarti kondisi
telah sepenuhnya kondusif dan aman. Tenda terpal masih menjadi pemandangan yang
seakan lazim ditemukan, seperti sepanjang jalan penghubung Mamuju dan Majene. Bangunan-bangunan
rusak juga belum semuanya dirobohkan untuk dibangun kembali. Suasana memang
perlahan kondusif, akan tetapi penyintas masih dan akan dihadapkan oleh
permasalahan baru, yaitu pemenuhan kebutuhan hidup yang entah mereka belum tahu
dari mana bisa mendapatkannya.
Hal ini lah yang kini menjadi beban pikiran Baharia, seorang ibu tiga
anak yang menjadi pengungsi di lapangan Dusun Sendana, Desa Botteng Utara,
Kecamatan Simboro, Mamuju. Telah sepekan ia tinggal di dalam satu tenda yang
berisikan lebih dari satu keluarga, dan baru pada Sabtu (23/1/2021) ia tinggal
hanya bersama keluarganya karena keluarga lain sudah kembali ke rumah
masing-masing.
“Tadinya di sini ada empat keluarga, terus berkurang jadi dua, dan baru kemarin satu tenda ini isinya keluarga saya saja. Keluarga lain yang kerusakan rumahnya tidak terlalu parah kembali ke rumah,” ungkapnya, Ahad (24/1/2021).
Ketika ditanyakan akan sampai kapan di pengungsian, warga Dusun Pasada,
Desa Botteng Utara ini tidak bisa menjawabnya. Rumahnya mengalami kerusakan
berat sehingga tidak bisa dihuni kembali. Biaya renovasi pun belum ia dan suami
miliki. Bahkan, selama ini kebutuhan pangannya bergantung pada bantuan
kemanusiaan, dan jika bantuan mulai berkurang seiring pihak penanganan bencana
mulai berhenti beroperasi di Sulbar, Baharia kebingungan akan mendapatkan makan
dari mana, apalagi ketiga anaknya masih kecil dan salah satunya masih usia 14
bulan, sedangkan sang suami bekerja sebagai buruh bangunan dengan pendapatan
tidak menentu.
Melanjutkan
pendampingan
Mengemban tugas penanganan bencana sejak hari kejadian, Aksi Cepat
Tanggap (ACT) hingga saat ini terus mendampingi warga Sulbar untuk kembali bangkit.
Masuk sepekan pascagempa, berbagi bantuan hasil sedekah terbaik masyarakat
terus berdatangan ke Sulbar. Selain itu, armada kemanusiaan dan pelayanan
kesehatan dari Humanity Medical Service juga ACT berikan.
Lukman Solehudin, Koordinator Posko Induk Kemanusiaan ACT di Mamuju mengatakan, penanganan menjelang fase pemulihan dan pemulihan juga sangat penting. Sehingga, ACT terus memasifkan aksi di Sulbar, khususnya pemenuhan pangan dan perencanaan pembangunan hunian bagi warga terdampak gempa.
“Rasa takut, ancaman kelaparan, virus corona, dan rumah yang rusak menjadi permasalahan setelah masa tanggap darurat. Jika kita meninggalkan penyintas, akan menjadi beban besar bagi mereka. Untuk itu, ACT berikhtiar untuk terus mendampingi dan meratakan distribusi agar semua korban bencana bisa merasakan kebaikan sedekah yang masyarakat salurkan melalui ACT,” jelasnya, Senin (25/1/2021).[]