
ACTNews, JAKARTA – Tak sedikit kehidupan santri di berbagai pelosok negeri kondisinya masih
memprihatinkan. Mereka menuntut ilmu walau dengan fasilitas pendidikan yang
terbatas. Belum lagi, tak jarang mereka terkendala masalah ketersediaan pangan.
Kondisi ini terlihat di Pesantren Al-Istiqomah, Kampung Walesi, Wamena, Kabupaten
Jayawijaya. Fasilitas mereka untuk menuntut ilmu sangat sederhana. Bahkan, para
santri dan ustaz pengajar sempat kekurangan logistik pangan ketika pecah
konflik kemanusiaan di Wamena beberapa pekan lalu.
Walau
berada di tengah konflik, keterbatasan fasilitas serta kurangnya ketersediaan
pangan, para santrinya tak patah semangat. Ketika Aksi Cepat Tanggap (ACT)
berkunjung pada Jumat (4/10) lalu, santri dan pengajarnya tetap antusias melakukan kegiatan belajar mengajar.
Hal serupa juga dapat dilihat di MAS Darul Ulum Sikakap, Mentawai, Sumatra Barat. Belajar dengan fasilitas yang masih terbatas seakan sudah terbiasa. Mereka hanya belajar dengan dua kelas yang digunakan secara bergantian untuk tiga tingkat. Sedangkan satu ruang kelas kini telah disulap sebagai tempat tinggal santri yang menetap di sekolah.
Suasana upacara di MAS Darul Ulum Sikakap, Mentawai pada Maret 2019 lalu. MAS Darul Ulum merupakan satu-satunya sekolah tingkat atas berbasis Islam. (ACTNews/Muhar Zulfikar)
Melihat masih banyaknya kondisi pesantren seperti itu di berbagai penjuru negeri, Ustaz Fadlan Garamatan kemarin mengatakan, santri perlu terus mengemban ilmu walau dengan kondisi dan fasilitas yang terbatas di pesantren. “Santri merupakan penerus para nabi,” ungkapnya, Selasa (22/10), pada kesempatan peluncuran program Beras untuk Santri Indonesia dari ACT yang bertepatan dengan HSN 2019.
Beras
untuk Santri Indonesia merupakan program yang akan menyediakan kebutuhan
beras bagi pesantren-pesantren di berbagai pelosok negeri. Pesantren yang
dibina Ustaz Fadlan merupakan salah satu pesantren yang akan mendapatkan distribusi
beras dari ACT pada Rabu (23/10).
Fadlan
yang merupakan ustaz asal Papua ini menambahkan, santri di zaman modern harus
dapat terus menjadi bagian penerus bangsa. Menurutnya, layaknya para pendahulu mereka yang
berjuang dan mempertahankan kemerdekaan, maka santri zaman sekarang harus
menjadi ujung tombak memajukan Indonesia.