ACTNews, PAMEKASAN – Semenjak didirikan tahun 1970 oleh Kiai Habib, Pondok
Pesantren Darul Ihsan di Dusun Sorren, Desa Sana Dajah, Kecapatan Pasean,
Kabupaten Pamekasan, terus berkembang. Uniknya, perkembangan mereka juga
didukung selalu oleh masyarakat setempat. Seperti halnya bangunan yang mereka
bangun sekarang, tenaganya pun dibantu masyarakat dan alumni membantu dari sisi
materialnya.
“Alhamdulillah, dari orang tua siswa ada
semangat sosial dan kelembagaannya. Setiap hari bangunan yang belum selesai
lebih dari 4 bulan itu, ada saja yang datang (membantu). Dibagi satu minggu
setiap hari bergantian per kelompok, itu enggak
bayar. Di sini masyarakat semangatnya tinggi, tapi baru mampu dengan tenaga,”
ujar Munif selaku Ketua Yayasan Pondok Pesantren Darul Ihsan pada Kamis
(28/1/2021).
Begitu juga dengan sebagian pengajar yang ada di
pondok. Banyak yang mengajar hanya berbekal keikhlasan dan pengabdian, serta
tak mengharapkan bayaran. Tetapi bagaimana pun pihak pondok tetap berusaha
memenuhi hak mereka.
“Kondisi begini, namanya di kampung lagi, ya.
Jadi mereka menganggapnya itu senang, dan anggaplah bisa menyalurkan ilmunya.
Untuk makan ya, ustaz-ustaz itu bertani. Menanam jagung misalnya,” ujar Munif.
Ia pun takjub dengan semangat para pengajar.
Semenjak satu tahun lalu, Pondok Pesantren
Darul Ihsan membuat baitul maal untuk mengelola infak, sedekah, dan wakaf yang
mereka dapat. Dari sanalah sedekah untuk para guru juga dapat diberikan. Bahkan
pondok memproduktifkan sebagian dana itu dengan beternak ayam petelur, yang
kini dikelola oleh santri sendiri.
Ayam petelur yang kini dikelola Pondok Pesantren Darul Ihsan. (ACTNews/Reza Mardhani)
“Awalnya kita mulai sekitar 500 ekor, sekarang
sudah 900 ekor. Masa produktif untuk telur-telurnya sendiri sekitar 4 tahun 2
bulan. Nah dari penghasilan kandang ini kembali lagi ke baitul maal. Untuk
bayaran para guru, atau biaya pondok lainnya,” kata Nurhafi salah satu pengurus
pondok. Saat ini pondok pesantren telah mampu menyerap murid untuk program setingkat
PAUD, MDTA, MDTS, dan MA.
Bantuan air dari dermawan
Santri Pondok Pesantren Darul Ihsan biasanya
memanfaatkan air dari sumur galian di dalam pondok pesantren yang sedalam 6
meter, tetapi akan kering saat musim kemarau. Sungai yang biasanya diandalkan
pun, terpengaruh oleh cuaca ekstrem.
“Ada
sungai juga tapi kalau musim kemarau kecil, kalau musim penghujan kotor airnya.
Keruh dan kuning. Sebelum ada sumur santri masih ambil air dari sana. Satu kilometer
ada (jaraknya),” kata Nurhafi.
Untuk memudahkan santri, Global Wakaf – ACT ikut
membantu pembangunan pondok dengan mengalirkan air dari Sumur Wakaf. “Alhamdulillah, atas bantuan Global Wakaf –
ACT di sini berdiri sumur bor dan sudah dicoba kemarin 6 jam kurang lebih
airnya tidak ada perubahan dari awal sampai akhir. Airnya mengalir dengan
deras, jadi mungkin sumber airnya deras di sana,” ungkap Nurhafi.
Ke depannya, Global Wakaf – ACT juga akan meresmikan fasilitas MCK untuk para santri. “Untuk Sumur Wakaf sudah kita resmikan Desember kemarin, dan satu bulan ke depan kita juga akan meresmikan MCK. Mudah-mudahan dapat bermanfaat bagi para santri dan juga pembangunan fasilitas yang saat ini tengah diikhtiarkan di Darul Ihsan,” ujar Dipo Hadi dari Tim Program Global Wakaf - ACT Jawa Timur. []