ACTNews, JOMBANG – Setelah tamat TPQ, biasanya
anak-anak di Catak Gayam, Kecamatan Mojowarno, Kabupaten Jombang enggan untuk
melanjutkan pendidikannya. Hal ini memantik keprihatinan Kiai Mashud Ahmad,
sehingga pada tahun 2010 ia mendirikan Pondok Pesantren Nurul Ahmadi yang kini
lebih dikenal oleh masyarakat sekitar dengan sebutan Pondok Anak-Anak Gayam.
Syarat untuk
menjadi santri pun cukup mudah. Hanya meminta keikhlasan orang tua untuk
melepas anaknya belajar di pesantren agar si anak bisa belajar dengan baik.
Urusan biaya, pondok pun masih tidak mematoknya.
“Kalau biaya
semampunya. Kalau mampu silakan membayar, kalau tidak mampu tidak apa-apa.
Nanti pondok yang akan mencukupi segala kebutuhannya. Mulai dari bangun tidur,
hingga tidur lagi, mulai pertama masuk sampai nanti lulus sekolah. Bahkan kalau
ada yang sampai nanti kuliah, itu dipersilakan,” ujar Ulil Absar atau Gus Ulil selaku
Pembantu Umum Pondok Pesantren Nurul Ahmadi pada Jumat (25/1/2020) silam.
Walaupun sekitar
setengah dari santri adalah warga prasejahtera dan belajar secara cuma-cuma,
namun kegiatan masih berjalan dengan lancar. “Untuk yang tidak membayar yang
usahakan Pak Yai, dari mana itu yang saya juga ndak tahu, saya cuma pembantu umum. Ini umatnya Gusti Allah. Jangankan manusia, hewan saya ada rezekinya,” kata Gus Ulil.
Santri pada
awalnya memang hanya satu orang, tapi kini pondok mengasuh sekitar 150 santri
putra dan putri. Mereka juga menerima santri setara SMP dan SMA, serta menyeimbangkan
antara pelajaran agama juga ilmu-ilmu pengetahuan umum.
Para santri sedang menonton televisi di tengah waktu luang. (ACTNews/Eko Ramdani)
Namun seiring
amanah dari masyarakat yang bertambah, bangunan pondok pesantren masih dalam
kondisi minim. “Untuk asrama sangat membutuhkan. Santrinya nambah, penghuninya nambah,
bangunannya yang belum nambah,” singkat
Gus Ulil.
Pondok Pesantren
Nurul Ahmadi pun mencoba untuk terus memenuhi kebutuhan santri dengan yang
terbaik. Mereka selalu menyeimbangkan gizi bagi para santrinya. Meskipun
terkadang, pasokan juga bisa menipis.
“Kalau menipis
pernah. Tapi dari pengasuh diusahakan jangan sampai kurang. Kalau kehabisan,
diusahakan anak-anak jangan sampai enggak
makan, meskipun satu hari. Jadi istilahnya pengasuh atau kiainya ngutang iku biasa. Makan 3 kali, jajanan
atau cemilan 2 kali,” jelas Gus Ulil.
Untuk membersamai
perjuangan para santri, Global Wakaf – ACT mengirimkan bantuan berupa Beras Wakaf dan Air Minum Wakaf ke Pondok Pesantren Nurul Ahmadi. Gus Ulil pun
bersyukur dengan hadirnya bantuan ini.
“Pendapat saya dengan bantuan ini, alhamdulillah sangat membantu sekali. Karena di sini bantuan-bantuan itu baik yang material maupun non-material sangat berguna dan dimanfaatkan semaksimal mungkin. Apalagi bantuan pangan itu ndak pernah terbuang. Ke depan, semoga ini bisa terus ada bantuan ke sini, sebab di sini tidak ada donatur tetap dan tidak mau terikat juga. Jadi siapa pun kalau ingin berdonasi, membantu, dan memberi silakan,” ucap Gus Ulil. []