
ACTNews, JAKARTA —
Ujang sapaan pedagang es kelapa tepat di belakangan pusat perbelanjaan Pejaten
Village di Jalan Pejaten Raya, Pasar Minggu, Jakarta Selatan. Saat ditemui, ia
sedang duduk termenung memikirkan sesutau menunggu seorang pelanggan untuk datang
membeli.
Sudah sejak buka
pada pukul 08.00 WIB, belum satu pun pelanggan membeli es kelapa dagangannya. Hingga tim ACTNews mencoba datang sekaligus menikmati es kelapa buatan
Ujang.
Ujang agak mengeluhkan kebijakan PPKM Darurat yang diberlakukan. Ia merasa hanya rakyat kecil yang tak bisa apa-apa. Ia pun memilih untuk pasrah meski kebijakan ini dampaknya besar bagi perekonomian keluarganya.
“Ini kedua kalinya
pendapatan saya turun drastis, pertama awal pandemi, kedua PPKM Darurat yang
berlaku sekarang. Sudah sempat pendapatan saya naik terus, kirain bakal normal
lagi. Eh PPKM jadi turun lagi,” ujarnya, Jumat (23/7/2021).
Ujang adalah
seorang pemuda asal Serang, Banten. Ia berjualan di Jakarta hanya seorang diri.
Menyewa lapak di depan ruko bekas bengkel dengan harga sewa yang cukup mahal
baginya.
Jarak
Jakarta-Serang tidak terlalu jauh memang, namun Ujang mengaku jarang pulang.
Pendapatannya setiap hari ia tabung untuk hidup di Jakarta sehari-hari. Meski
ada kesempatan untuk pulang, ia biasa pulang menaiki mobil pick up pembawa
kelapa.
Selama
pemberlakukan PPKM, pendapatan Ujang tidak menentu. Jika beruntung, dalam
sehari ia bisa mendapat pelanggan sekitar 10-15 orang. Namun jika tak
beruntung, pelanggan datang hanya 5 sampai 8 orang.
“Kadang engga
tentu bang, makanya dari kampung bawa kelapa cuma 500-600 butir aja, biasanya
1000-1500. Emang agak dikurangi aja gara-gara pandemi. Untungnya kelapa ini awet
kan kalo belum dibuka,” Kata Ujang.
Sempat viral
beberapa waktu lalu di media sosial, jika air kelapa bisa menyembuhkan dan
menangkal Covid-19. Ujang pun mengaku kebanjiran orderan, namun itu hanya
beberapa saat saja dan hari-hari berikutnya pelanggan kembali sepi.
Selama masa PPKM
darurat, Ujang mengaku tak tenang berdagang. Ia kerap kali mendapat ancaman
dari petugas seperti Satpol PP yang menertibkan pedagang di jalanan. Ujang pun
selalu beralasan bahwa di tempatnya tak terjadi kerumunan.
“Sering bang
disamperin Satpol PP, diancam juga ‘awas lo kalo berkerumun’ tapi kan disini
enggak berkerumun, yang datang minum kelapa di sini juga enggak ada,” katanya
sembari tersenyum, meski ada ketakutan dalam dirinya.
Ujang pun berharap
pandemi Covid-19 ini segera berakhir dan hilang selamanya di Indonesia. Ia
mengaku tak tahu dan hanya bisa pasrah jika pandemi di Indonesia tak kunjung
hilang. Meski pandemi sudah dua tahun hidup berdampingan dengan masyarakat.
“Berharapnya,
pandemi cepet selesai aja. Saya pengen cari uang buat hidup sehari-hari. Enggak
takut, mau normal lagi aja,” katanya.