
ACTNews, JAKARTA
– Bertepatan dengan momen Hari Guru Nasional yang
jatuh pada tanggal 25 November 2019 lalu, Global Zakat-ACT meluncurkan program
terbarunya, Sahabat Guru Indonesia. Di awal kehadirannya, Global Zakat-ACT
memberikan biaya hidup bagi guru-guru prasejahtera dan honorer di berbagai
pelosok Nusantara. ACTNews pun
berkesempatan ikut mendokumentasikan implementasi awal bagi guru honorer, salah
satunya di SDN Pasirlancar 2, Kecamatan Sindangresmi, Kabupaten Pandeglang,
Sabtu (23/11/2019).
Di sana, kami bertemu dengan Dedi Mulyadi yang
telah mengabdikan dirinya sebagai guru honorer di kampung kelahirannya sejak
tahun 2007. Dari pertemuan ini lah kemudian meyakinkan tim ACTNews bahwa masih banyak guru dengna nasib serupa dengan Dedi dan
mereka tersebar di berbagai daerah. Dedi sendiri menerima gaji per bulannya
Rp300 ribu dengan pembayaran dirapel per tiga bulan atau tiap kali dana bantuan
operasional sekolah dicairkan. Namun, tidak ada beban dan penyesalan bagi Dedi
memilih mengabdikan hidupnya untuk pendidikan. Ia selalu bangga dan senang bisa
menjadi bagian para pendidik yang melahirkan pembesar bangsa.
“Ibu, istri dan anak tau pekerjaan dan gaji saya sebagai guru. Tapi mereka menerima,
bahkan selalu mendukung,” tutur Dedi.
Kini, setahun berlalu pertemuan ACTNews dengan Dedi. Setahun ini pula
berbagai aksi serta cerita-cerita kami terima tentang perjuangan guru di
berbagai daerah. Mereka merupakan pahlawan tanpa tanda jasa yang tak
memprioritaskan materi dalam pekerjaannya. Seperti yang dilakukan Muhammad Kamaludin,
guru asal Kecamatan Bojonggambir, Kabupaten Tasikmalaya. Di sebuah kampung yang
dikelilingi dengan perkebunan teh, Kamal bersama guru-guru lainnya mendirikan
dan mengabdikan diri di sekolah yang pada awal 2020 ini kondisinya sangat memprihatinkan. Ia bertekad menghadirkan sekolah yang terjangkau secara jarak bagi warga kampung di
pelosok Tasikmalaya.
Dedi dan Kamal merupakan beberapa di antara
banyaknya pendidik honorer dan prasejahtera di Indonesia. Mereka juga lah yang
akan terus Global Zakat-ACT dampingi perjuangannya. Saat ini sudah setahun
berjalan program Sahabat Guru Indonesia. Dan, akan datang tahun-tahun
berikutnya yang akan terus dijalani dengan ikhtiar memberikan biaya hidup serta
pendampingan untuk guru.
“Sudah ada ribuan guru yang mendapatkan biaya hidup serta pendampingan lanjutan. Dari aksi ini juga telah lahir kebaikan-kebaikan baru yang diinisiasi guru-guru penerima manfaat Sahabat Guru Indonesia. Tapi jumlah ini tentu belum bisa mengkover seluruhnya, masih banyak guru honorer dan prasejahtera yang belum terjangkau oleh Global Zakat.” ungkap Riski Andriani, Koordinator Program Sahabat Guru Indonesia, Kamis (26/11).
Dana zakat
Kehadiran program Sahabat Guru Indonesia merupakan
ikhtiar Global Zakat-ACT mendampingi guru menggunakan dana zakat yang
terhimpun. Hal ini juga merupakan wujud
nyata kebaikan dana zakat yang meluas. Dalam satu tahun ini, implementasi program telah
dilakukan di Indonesia bagian barat, Aceh salah satunya, serta di
bagian timur Indonesia seperti di Sulawesi hingga Maluku dan akan terus meluas
hingga Papua.
Dana zakat yang disalurkan publik melalui
Global Zakat-ACT pun terus berlanjut kebaikannya. Bentuk nyatanya berupa
hadirnya Forum Sahabat Guru Indonesia yang menginisiasi bakti sosial untuk
masyarakat prasejahtera atau guru lainnya. Belum lagi para guru penerima
manfaat yang kemudian bergabung dalam barisan relawan Masyarakat Relawan
Indonesia (MRI) untuk melakukan aksi-aksi kemanusiaan bersama Aksi Cepat
Tanggap (ACT).
Riski mengatakan, Global Zakat-ACT terus
membuka kesempatan publik serta mitra-mitra untuk ikut bagian dalam
pendampingan terhadap guru. Dana zakat bisa disalurkan melalui cabang-cabang
ACT terdekat atau berzakat melaui laman Indonesia Dermawan. “Untuk yang bingung
untuk menghitung nilai zakat, bisa menghubungi tim Global Zakat-ACT terdekat
atau mengakses laman resmi Global Zakat, kami telah menyiapkan aplikasi
penghitung zakat,” ujar Riski.[]