
ACTNews, KUTAI KARTANEGARA –
Beberapa waktu lalu, Aksi Cepat Tanggap (ACT) mendapat informasi dari
masyarakat, bahwa ada pesantren di pedalaman Kutai Kartanegara, Kalimantan
Timur yang tengah bertahan mendidik ratusan santrinya. Keterbatasan yang
dimaksud mulai dari minimnya fasilitas, hingga pemenuhan kebutuhan pangan
santri. Apalagi, pesantren ini tak memungut biaya pendidikan, dan menjadi
tempat menimba ilmu bagi anak-anak dari golongan prasejahtera, yatim-piatu
hingga anak yang ditelantarkan keluarga.
Ialah
Pesantren Rahmatullah yang ada di Desa Perangat Selatan. Lokasi lembaga
pendidikan yang berdiri sejak 1994 ini cukup jauh dari pusat kota Kutai Kartanegara. Lebih kurang 78 kilometer,
bahkan di tempat ini sangat sulit jaringan komunikasi, sehingga informasi dari
dan keluar pesantren cukup terkendala jika mengandalkan kemajuan teknologi
komunikasi.
“Akses
untuk sampai ke pesantren cukup sulit, jalan hanya tanah lempung, belum
beraspal. Sangat jauh dari kota dan letaknya terpencil,” ungkap Muhammad Iqbal
dari tim Program ACT Kalimantan Timur pada awal Desember lalu.
Di
Pesantren Rahmatullah, ada 140 santri yang menggantungkan pendidikan mereka di
tempat ini. Mereka pun belajar dengan berbagai keterbatasan. Pesantren masih
minim fasilitas. Bahkan, masjid yang ada di lingkungan pesantren pun hingga
kini masih dalam bentuk kerangka karena tak ada dana untuk melanjutkan
pembangunan. Pihak pesantren mengaku tidak mungkin memungut biaya pendidikan
atau gedung ke wali santri. Hal tersebut karena santri datang dari kalangan
prasejahtera. Sehingga, pesantren hanya mengandalkan sedekah masyarakat.
“Sejak
pandemi, donatur berkurang drastis. Jadi, pengeluaran harus dihemat, khususnya
makan,” ungkap Syamsul selaku Pengurus Pesantren Rahmatullah.
Untuk
memenuhi kebutuhan pangan 140 santrinya, pesantren berikhtiar dengan cara
membuat tambak ikan. Sayang, di musim penghujan seperti sekarang ini, banjir
acap kali datang dan menghanyutkan ikan yang dibesarkan. Selain tambak ikan,
pesantren memanfaatkan tanahnya untuk ditanami karet. Namun, harga jual karet
yang tak menentu dan cenderung rendah membuat hasil dari kebun ini masih kurang
memenuhi kebutuhan santri.
Sebagai
ikhtiar, ACT Kalimatan Timur saat ini tengah menggalang kepedulian masyarakat melalui laman Indonesia Dermawan yang hasilnya nanti akan disalurkan ke Pesantren Rahmatullah dalam
bentuk pemenuhan fasilitas pendidikan serta bantuan pangan.
“Kebaikan yang disalurkan ke pesantren nantinya tidak lepas dari peran serta masyarakat. Ini menjadi ladang kebaikan kita bersama mendampingi anak-anak yang tengah belajar menggali ilmu-ilmu agama,” kata Iqbal.[]