
ACTNews, LHOKSEUMAWE – Merespons puluhan pengungsi
Rohingya yang telah melabuh di Aceh Utara, sejumlah lembaga kemanusiaan
setempat mengadakan pertemuan. Salah satunya adalah Aksi Cepat Tanggap. Rapat pada Jumat (26/6) malam itu membahas
rencana keterlibatan setiap lembaga serta dukungan untuk memenuhi kebutuhan
para pengungsi dalam beberapa minggu ke depan.
“Dari setiap
lembaga menyampaikan bentuk dukungan masing-masing dalam hal pemenuhan
kebutuhan pengungsi selama masa response,
sebelum adanya keputusan pasti terkait keberlanjutan kepengurusan pengungsi
Rohingya,” ujar Thariq Farline selaku Kepala Cabang ACT Lhokseumawe pada Sabtu (27/6)
ini.
Pertemuan malam itu dihadiri
pula oleh perwakilan dari Pemerintah Kabupaten Aceh Utara. Suplai
makanan dan tempat tinggal menjadi salah satu prioritas yang dibahas dalam
pertemuan.
“Saat ini pengungsi
berada di bekas Kantor Imigrasi Desa Punteuet, Kecamatan Blang Mangat, Kota Lhokseumawe.
Kemungkinan akan dipindahkan kembali dalam beberapa hari ini ke lokasi lain.
Suplai makanan bagi pengungsi juga belum ada yang menangani. Pemerintah pun khawatir
persoalan ini jika dibiarkan berlarut akan menjadi dampak yang buruk bagi
pengungsi,” Thariq menjelaskan.
Pertemuan lembaga-lembaga kemanusiaan dalam membahas kelanjutan nasib para pengungsi Rohingya di Aceh Utara dalam beberapa meinggu ke depan. (ACTNews)
Aksi Cepat
Tanggap (ACT) sebagai salah satu lembaga yang hadir pada malam itu, mengambil
peran untuk menyediakan makanan pokok para pengungsi melalui Dapur Umum. Rencananya
Dapur Umum ACT akan aktif siang ini dan akan berjalan selama 30 hari ke depan.
Selain itu,
skema pemberdayaan akan dijalankan dalam program ini. ACT akan membeli
bahan-bahan makanan dari masyarakat setempat sehingga tidak hanya kebutuhan
para pengungsi yang terpenuhi, tetapi ekonomi masyarakat juga dapat berjalan.
“ACT
berinisiatif mengambil peran untuk memenuhi kebutuhan makan para korban konflik
kemanusiaan ini selama 30 hari ke depan. Berkaitan dengan produksi makanan,
kita memakai skema memberdayakan
masyarakat. Rencananya bahan-bahan makanan akan kita order dari masyarakat sekitar. Harapannya dengan skema ini,
ekonomi sekitar pengungsian bisa bergulir juga,” jabar Thariq.
Sementara pada
Sabtu (27/6) siang ini, setiap lembaga akan datang ke lokasi bersama
Wakil Walikota Lhokseumawe untuk meninjau kondisi Pengungsi. Akan dilakukan
juga pembentukan posko dan manajemen posko oleh lembaga-lembaga dan instansi
terkait.
Seperti telah
diberitakan sebelumnya Rabu (24/6) lalu, sebuah kapal terombang-ambing di
perairan Aceh Utara. Kapal itu memuat 94 warga etnis Rohingya di Myanmar dengan rincian 15 laki-laki dewasa, 49 perempuan
dewasa, dan 30 anak-anak. Sampainya mereka di lautan Nusantara bukan
tanpa sebab, konflik kemanusiaan yang menimpa mereka menjadi alasan pelayaran
tersebut. Mereka ditampung sementara dan telah menjalani tes cepat Covid-19
untuk memastikan kondisi kesehatan mereka di tengah pandemi sekarang ini.
Kebutuhan makan mereka pun dipenuhi.
ACT sendiri pada Kamis (25/6) malam kemarin telah mengirimkan bantuan kemanusiaan untuk para pengungsi. Hidayatullah dari tim Program ACT Lhokseumawe mengatakan, bantuan tersebut berupa makanan siap saji, air mineral, beras serta perlengkapan anak-anak. “Pengiriman bantuan dilakukan oleh tim ACT serta Masyarakat Relawan Indonesia, kami juga melakukan pembersihan tempat yang dijadikan penampungan,” jelas Hidayatullah. []