
ACTNews, KABUPATEN BOGOR – Selepas rumah
tangganya dengan suami yang pertama berakhir, Susi Rahayu memulai awal baru. Ibu
dengan empat orang anak ini, kemudian menikahi laki-laki pilihan orang tua. Sebelumnya
hidup berkecukupan, Susi harus memulai dari nol lagi dengan berjualan mi ayam
dan bakso dibantu suami.
Tetapi tabiat
asli suami Susi kelamaan mulai terlihat. Ia suka berjudi dan menyalahgunakan obat. Sampai-sampai, Susi yang saat itu sedang menjadi relawan
di sebuah lembaga dakwah memilih mundur karena malu.
Tak sampai situ,
suami Susi juga meninggalkan dia saat mengandung anak keenam dan menyusui anak
kelima. Belakangan ketika rentenir datang ke rumahnya di wilayah Desa Rawa
Panjang, Kecamatan Bojong Gede, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Susi juga baru
mengetahui mantan suaminya tersebut gemar berutang.
Lengkap cobaan Susi
yang sedang hamil, tetapi harus tetap mencari nafkah untuk anak-anak dan
membayar utang. Untuk memenuhi semua itu, ia dibantu si sulung yang berumur 20
tahun, yang bekerja sebagai pengemudi ojek daring. Sempat Susi tak memiliki
pemasukan, sampai harus menjual peralatan mi ayam.
Gerobak mi ayam yang sempat digunakan susi untuk berjualan. Peralatan produksi pun sempat ia jual untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. (ACTNews)
"Produksi
mi ayam itu agak berat juga, karena modalnya habis untuk makan anak-anak. Jadi
saya coba ambil tawaran jadi asisten rumah tangga waktu itu. Masyaallah Mba, dahulu
saya punya pembantu, sekarang saya jadi pembantu. Tapi enggak apa-apa, selama
itu halal saya kerjakan," kisahnya pada Tim Global Wakaf-ACT yang datang
ke rumahnya pada Sabtu (17/7/2021) lalu.
Sambil menjadi
asisten rumah tangga ia juga mencoba mencari pekerjaan lain yang lebih layak,
namun semua lowongan terbentur usia yang sudah hampir kepala empat. Belum lagi
ia tak bisa meninggalkan anak bungsu di rumah. Ia memutuskan untuk kembali
tinggal di rumah sembari membuat pesanan mi ayam yang tak seberapa karena pandemi.
Selama itulah ia hidup dari bantuan tetangga, teman, dan kenalan.
"Kalau enggak
ada uang, saya dan anak-anak puasa. Tapi buka puasanya bisa jam 10 malam, itu pun
hanya dengan teh dan gula. Sampai anak saya ini pernah tanya 'Umi, kita kapan
selesai puasanya? Kan Ramadannya sudah lewat,' MasyaAllah mba, ya saya enggak
punya apa-apa untuk dimakan," cerita Susi.
Berencana Membuka Warung Kelontong
“Banyak yang menguatkan
bahwa ujian yang saya lalui ini adalah bentuk cinta kasihnya Allah kepada saya.
Mungkin bagi sebagian orang tidak mengalami ujian seperti saya, tetapi saya
tetap bersyukur dengan kondisi apapun,” tutur Susi.
Dengan keyakinan
dan dukungan orang-orang, Susi tak patah semangat karena percaya bahwa pertolongan
Allah begitu dekat. Dari orang-orang di sekitar juga, ia sering mendapat
bantuan untuk menjalankan usaha baru, yakni warung kelontong yang bisa
dijalankan Susi dari rumah.
Tetapi tentu,
modal Susi saat ini sedang terbatas, sehingga tak cukup untuk membeli dan
menyetok barang dagangan. Karena itu, Global Wakaf-ACT menyalurkan modal usaha
untuk Susi pada hari itu melalui program Wakaf UMKM.
“Alhamduillah
bersyukur banget, Global Wakaf-ACT selain membantu kemanusiaan juga memikirkan
modal usaha untuk umat. Mudah-mudahan lebih barokah dan lebih bermanfaat untuk
usaha saya ke depan. Saya dan keluarga sangat berterima kasih sekali kepada
Global Wakaf-ACT dan tim,” tutup Susi. []