
ACTNews, PANGKAL PINANG – Adanya aturan
pembatasan aktivitas masyarakat di tengah pandemi berkepanjangan begitu
dirasakan banyak pihak. Tak terkecuali para pedagang skala kecil yang terbiasa
mengandalkan keramaian orang untuk mendapatkan rezeki. Akibatnya, sepi pembeli membuat
turun pendapatan.
Hal ini seperti
dirasakan Tok Maliki (77) yang merupakan penjual roti yang biasa berkeliling di
Pangkal Pinang. Sudah empat tahun ia berjualan, dan selama pandemi menurutnya
yang paling parah hasil penjualannya.
“Saya biasa jualan dari
bakda zuhur sampai habis, enggak tentu kapan habisnya. Pernah baru habis sampai
jam 11 malam. Tapi sekarang saya senang,” ungkap Tok Maliki di awal Agustus.
Ungkapan senang Tok
Maliki bukan tanpa alasan. Pasalnya, di hari itu, Aksi Cepat Tanggap (ACT)
memborong semua dagagannya lewat program yang baru saja dihadirkan. Roti yang
Tok Maliki jajakan pun segera dibagikan kembali ke masyarakat prasejahtera
secara gratis.
Selain Tok Maliki,
dagangan lain yang ikut diborong ialah milik Runi. Penjual es tebu di Pangkal
Pinang ini pun begitu senang karena dagangannya bisa langsung dibeli seluruhnya
dan dibagikan ke warga. “Alhamdulillah baru kali ini ada yang borong dagangan
saya. Biasanya cuma laku lima ribu rupiah saja,” kata Runi.
Raffles Gordon dari
tim Progam ACT Bangka mengatakan, Borong UMKM ini merupakan salah satu program
yang baru saja ACT hadirkan sebagai salah satu solusi bagi pedagang skala kecil
di tengah pandemi. Nantinya, seluruh barang yang diborong akan dibagikan ke masyarakat,
khususnya pekerja informal serta warga prasejahtera.
“Iktiar ini tak lepas dari peran kedermawanan masyarakat yang menyalurkan kepeduliannya melalui ACT,” jelas Raffles.[]