
ACTNews, MALANG – Banjir bandang yang melanda beberapa wilayah di Malang dan Kota Batu, membawa cerita pilu tentang para penyintasnya. Dari kehilangan rumah hingga mata pencaharian, turut mereka rasakan. Mereka yang paling terdampak ialah warga yang rumahnya berada di pinggiran Sungai Brantas, di mana arus banjir mengikuti aliran sungai tersebut.
Di Kampung Putih, Kelurahan Klojen
misalnya. Beberapa rumah warga dilaporkan hancur dihantam arus banjir yang
datang bak tsunami tersebut. Termasuk rumah Rohman (59), seorang pengayuh becak
yang hidup sendiri di rumah satu petaknya.
Imbas banjir bandang, rumah kecil milik
Rohman hancur terbawa arus. Memang di dalamnya, diakui Rohman, tidak banyak
barang-barang berharga. Bahkan sekadar peralatan elektronik sederhana seperti
televisi pun ia tak miliki. Namun, yang paling membuat Rohman sedih ialah uang
tabungan yang ia kumpulkan dari pekerjaannya sebagai tukang becak turut raib
bersama rumah yang hanyut terbawa arus.
Uang tersebut, jelas Rohman, telah ia
kumpulkan sejak lama dan hendak digunakan untuk memeriksa serta mengobati sakit
paru-paru yang telah lama ia derita.
"Dada suka sakit. Suka nyesek. Tapi duit 3 juta hanyut. Buat berobat itu," kata Rohman.
Banjir bandang mengakibatkan kerugian materil yang sangat besar di Kota Batu dan Kota Malang, Jawa Timur, (ACTNews)
Rohman pun mengaku tak memiliki kartu
jaminan sosial kesehatan, sehingga untuk memeriksa sakitnya di fasilitas
kesehatan tak bisa gratis. Ketika ditanya alasan Rohman tidak membuat kartu
jaminan kesehatan, ia mengaku tidak paham tata cara dan prosedurnya. Tidak
memiliki anak dan saudara di usia tuanya, membuat Rohman bingung harus ke mana
dirinya meminta bantuan untuk pembuatan kartu tersebut.
"Pokoknya semuanya hanyut. Cuma sisa
baju sama sarung yang saya pakai ini. Kalau barang-barang yang kalian lihat
sekarang, ini bukan punya saya. Ini punya tetangga," tambah Rohman sambil
menunjuk ke sejumlah barang yang tercecer di tanah bekas rumahnya.
Rohman kini tidur menumpang di rumah
tetangga, hidup terlunta-lunta. Tidak memiliki sanak saudara, membuatnya sangat
bergantung pada bantuan kemanusiaan untuk bertahan hidup.[]