
ACTNews, PELALAWAN –
Waktu tempuhnya lima hingga enam jam dari Pekanbaru menuju Dusun Banio Baru, Desa
Segati, Kecamatan Langgam, Pelalawan. Selain lamanya waktu tempuh, jalan yang masih
berupa tanah dan terjal serta berliku menjadi tantangan bagi tim Global Qurban - ACT kala mengantarkan kebahagiaan kurban di tasyrik terakhir, Senin (3/8) lalu.
Di
Banio Baru, warga prasejahtera mendominasi pemukim di sana. Hal ini juga lah
yang kemudian membuat warga jarang menikmati daging kurban. Ketua RT Dusun
Banio Baru Rozali mengatakan, sudah 10 tahun terakhir warga kampungnya tak bisa
menikmati daging kurban. Ada pun di
kampung tetangga mengadakan pemotongan hewan kurban, namun jumlahnya yang
sedikit membuat tak banyak paket daging yang bisa terdistribusi. “Di kampung
tetangga paling ada penyembelihan satu atau dua ekor saja, jumlahnya terbatas”
cerita Rozali, Senin (3/8).
Lokasi
Banio Baru cukup jauh dari pusat perkotaan. Bahkan, wilayah ini belum dialiri
listrik dari perusahaan negara. Warga mengandalkan panel surya sebagai sumber listrik
utama. Keterbatasan ini pun menjadi hambatan aktivitas bagi warga Banio Baru.
Hibban
dari Tim Program Global Qurban - ACT Riau mengatakan, Banio Baru menjadi salah
satu lokasi distribusi daging kurban karena jarangnya mendapat kurban serta
didiami masyarakat prasejahtera. Harapannya, dengan hadirnya daging kurban di
permukiman yang dihuni 109 keluarga ini mampu menjadi hadiah dan kebahagiaan
tersendiri bagi penerima manfaatnya. “Selain distribusi daging kurban, tim ACT
sekaligus melakukan asesmen untuk pengembangan program kemanusiaan lainnya,” jelasnya.
Daging kurban dan pengembangan berbagai program di Banio Baru ini tentu saja tak pernah lepas dari peran serta dermawan. Daging kurban yang didistribusikan merupakan milik pekurban yang diamanahkan melalui Global Qurban. “Semua aksi kami tak pernah lepas dari dukungan dermawan. Kami pun akan terus menyalurkan amanah kebaikan ke warga yang benar-benar membutuhkan,” tambah Hibban.[]